PERBEDAAN DAN PERSAMAAN BUDAYA DALAM FILM INDONESIA DAN FILM BARAT (Kajian Bandingan Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Titanic)

Saidiman Saidiman

Abstract


Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah perbedaan dan persamaan budaya dalam film Indonesia Tenggelamnya Kapal Vander Wijck dan film Barat Titanic? Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan perbedaan dan persamaan budaya Indonesia dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan film Barat Titanic. Sumber data adalah film Indonesia Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan film Barat Titanic. Metode yang digunakaln adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural. Tujuan analisis struktural adalah untuk membongkar, memaparkan secermat mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama membentuk makna (Teew, 1984), kemudian makna dalam unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi dalam keseluruhan karya sastra (Pradopo, 1995). Teori yang digunakan adalah teori struktural, kajian bandingan, sastra, film. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Titanic memiliki persamaan dan perbedaan budaya. Persamaannya adalah memiliki tema yang sama yaitu kasih tak sampai, di mana Zaenudi tidak jadi menikah dengan Hayati akibat dari pertentangan budaya yang akhirnya Hayati meninggal dunia. Begitupun juga denga Jack yang tidak jadi menikah dengan Rose akibat dari perbedaan status sosial yang pada akhirnya Jack meninggal dunia karena tidak bisa menyelamatkan diri dari kapal Titanic yang tenggelam. Persamaan budaya lainnya adalah tergambar pada tokoh Azis yang hidupnya berfoya-foya dan suka minum alkohol, hal ini sama dengan tokoh Cal yang juga suka main kasino dan berfoya-foya. Alur dalam Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Titanic menggunakan alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru dan berlanjut. Perbedaan budaya dapat dilihat dari setting/latar: latar dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck berlatar di daerah Makasar., Minagkabau dan Surabaya. Sedangkan film Titanic hanya di kapal Titanic saja. Bahasa dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, sedangkan film Titanic hanya satu bahasa yaitu bahasa Inggris.


Keywords


sastra bandingan, karya sastra, kajian bandingan, kajian struktural

References


A, Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Basnett, Susan. 1993. Comparative: a Critical Introduction. Oxford: Blackwell.

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode, dan Penggunaannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.




DOI: https://doi.org/10.17509/rb.v4i2.16380

DOI (PDF (Bahasa Indonesia)): https://doi.org/10.17509/rb.v4i2.16380.g9192

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 site
stats View My Stats