ASPEK TATAKRAMA MASYARAKAT SUNDA DALAM BABASAN DAN PARIBASA

ADE SUTISNA

Abstract


Penelitian ini mendeskripsikan aspek-aspek tatakrama masyarakat Sunda dengan merujuk pada budaya babasan dan paribasa Sunda. Babasan dan paribasa Sunda sendiri merupakan produk budaya masyarakat Sunda yang berwujud dalam bentuk frasa dan klausa atau kalimat yang disampaikan secara turun temurun sejak lama sebagai salahsatu cara masyarakat Sunda dalam mengedukasi saudaranya dalam hal berintraksi sosial. Dalam prosesnya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis sebagai cara untuk mendapatkan gambaran tentang aspek yang dimaksud. Adapaun data yang digunakan adalah data primer yang merupakan babasan dan paribasa Sunda yang telah didokumentasikan oleh para penulis budaya Sunda. Kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan kajian makna dan intervensi peneliti terhadap makna tersebut. Dalam perjalanan panjangnya, peneliti menemukan beberapa babasan dan paribasa Sunda yang memilki makna nilai-nilai tatakrama untuk interaksi sosial. Di antara aspek nilai tatakrama yang diperoleh di antaranya adalah: 1) aspek tatakrama berbahasa, 2) aspek tatakrama kinetis, dan 3) aspek tatakrama hubungan sosial. Setelah dianalisis dan di deskripsikan, selanjutnya didapati adanya pola tatakrama masyarakat Sunda yang mencakup ketiga aspek tersebut yang harus hadir secara bersamaan dalam satu interaksi sosial. Pola tersebut dirangkum dalam lima istilah kata yang terdiri atas: 1) wiwaha, 2) wibawa, 3) wirasa, 4) wirahma, dan 5) wiraga. 


Abstract 

This study describes Sundanese aspects of manners by referring to babasan and paribasa (lit. expression and proverb) in Sundanese culture. Babasan and paribasa are tangible products of Sundanese culture in the forms of phrases and clauses, or sentences, which are delivered from generation to generation extensively. They are ways to educate Sundanese people in social interaction. This research employs descriptive analysis method to get an overview of aspects contained in babasan and paribasa. The primary data are babasan and paribasa that have been documented by the authors of Sundanese culture. Then the data was analyzed based on the study of meaning and the intervention of meaning. This study found some Sundanese babasans and paribasas as having the meaning of manner values in social interaction. The aspects of manner values found, among others, are (1) aspects of language etiquette, (2) aspects of kinetic manners, and (3) the aspects of social relation manners. After being analyzed and described, the study found the Sundanese pattern of manners that includes three aspects. The pattern must present simultaneously in a social interaction. The pattern is summarized in five terms: 1) wiwaha; 2) wibawa; 3) wirasa; 4) wirahma; and 5) wiraga.


Keywords


Tatakrama Sunda, Babasan Sunda, Paribasa Sunda, Sundanese Manners, Sundanese Babasan, Sundanese Paribasa.

Full Text:

PDF

References


Danandjaja. (2007). Foklor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti

Djundjunan. (2011). Etika jeung Tatakrama Sunda. Bandung: Sonagar press

Rachim. (1983). Etiket dan Pergaulan. Jakarta: PT.Karya Nusantara

Sudaryat. (2015). Wawasan Kesundaan. Bandung: JPBD FPBS UPI




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v6i1.3137

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 ADE SUTISNA



View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.