ANALISIS KONTRASTIF KOTOWARI HYOUGEN ANTARA PEMBELAJAR BAHASA JEPANG DAN PENUTUR ASLI

Novia Hayati

Abstract


 Abstrak

 

Analisis Kontrastif Kotowari Hyougen  antara Pembelajar Bahasa Jepang dan Penutur Asli. Di antara beberapa aktifitas berbahasa, tindakan menolak sering dianggap sebagai tindakan yang cukup sulit karena memberikan perasaan tidak menyenangkan terhadap lawan tutur. Tindak tutur menolak tidak terlepas dari latar belakang tindak tutur berbahasa oleh pengguna bahasa tersebut. Pembelajar yang berbahasa ibu bahasa Sunda memiliki kemiripan dengan penutur asli dalam membuat tindak tutur penolakan dikarenakan adanya kedekatan aturan undak usuk bahasa sunda dengan tainguu hyougen dalam bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ungkapan penolakan yang digunakan oleh pembelajar bahasa Jepang kemudian melalui perbandingan dengan penutur asli diketahui persamaan dan perbedaanya serta permasalahan dalam ungkapan penolakan oleh pembelajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Discourse Completion Test (DCT). Hasil analisis data menunjukan terdapat persamaan diantara pembelajar dan penutur asli dalam pengguna {wabi} terhadap dosen akrab (penggunanya lebih rendah). Sebagai permasalahan dalam ungkapan penolakan yakni pembelajar menggunakan {fuka} dalam bentuk futsuu no hiteikei, dan {koshou} dalam frekuensi yang cukup tinggi. Sebaliknya, penutur asli menggunakan fukanoukei, dikarenakan apabila menggunakan futsuu no hiteikei akan diterima sebagai arti penolakan yang kuat/keras.

Kata kunci: Kotowari hyougen, DCT, Taiguu hyougen, penutur asli, konstraktif

 

 

Abstract

 

Contrastive Analysis of Kotowari Hyougen between Learners of Japanese Language and Japanese Native Speakers. Among several speaking activities, action of refusal is often considered a difficult act as it gives an unpleasant feeling againts interlocutors. Refusal speech act cannot be separated from the background of the speech act by the user of the language. Learners whose mother tongue is Sundanese language has similarities with Japanese native speakers in making the speech act of refusal due to the proximity of the undak usuk in Sundanese with tainguu hyougen in Japanese. This study aims to determine the expressions of refusal used by Japanese learners then, through comparison with native speakers, to determine the similarities, differences and problems in the expression of rejection by the learners. The instrument used in this study is Discourse Completion Test (DCT). Form the analysis of the data it was found that there were similarities between learners and native speakers that {riyuu/iiwake}, {wabi}, {fuka} were used as the main semantic formula. There are similarities between learners whose mother tongue is Sundanese and native speakers in using language {wabi} to professors considered familiar (lower usage). The problem of expressions of refusal used by learners {fuka} in the form Futsuu fuka no hiteikei and {koshou} was in a fairly high frequency. In contrast, native speakers use fukanoukei, because using Futsuu no hiteikei will be considered as a strong/hard sense of refusal.

Keywords: Kotowari hyougen, DCT, Tainguu hyougen


Keywords


Kotowari hyougen, DCT, Tainguu hyougen

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v12i2.3701

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 Novia Hayati



    p-ISSN 1412-0712  |  e-ISSN 2527-8312

Lisensi Creative Commons

JPBS is published by:

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (Faculty of Language and Literature Education), Universitas Pendidikan Indonesia,

in cooperation with

TEFLIN, and APPBIPA

View My Stats