KONSEP DAN CARA PENILAIAN KEBUGARAN JASMANI MENURUT SUDUT PANDANG ILMU FAAL OLAHRAGA
Abstract
Kebugaran Jasmani lebih merupakan terjemahan dari Physiological fitness. Secara Fisiologis kemampuan fungsional jasmani terdiri dari kemampuan anae-robik dan kemampuan aerobik. Kemampuan anaerobik terdiri dari kemampuan anaerobik alaktasid dan kemampuan anaerobik laktasid. Kemampuan anaerobik alaktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ledak (gerak explosive) maximal maupun sub-maximal, kemampuan anaerobik laktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan anaerobik (anaerobic endurance/stamina/daya tahan anaerobik), sedangkan kemampuan aerobik adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan umum seperti misalnya pada lari maximal maupun sub-maximal dengan durasi 8 menit atau lebih. Tes adalah uji kemampuan maximal. Dengan demikian tes Kebugaran Jasmani (KJ) adalah uji kemampuan maximal untuk menilai kemampuan anaerobik (alaktasid dan laktasid) dan kemampuan aerobik. Kemampun anaerobik dan kemampuan aerobik merupakan kemampuan fungsional jasmani dengan kepentingan yang setara. Demikian juga kepentingan fungsional anaerobik alaktasid dan laktasid adalah setara. Oleh karena itu berdasarkan konsep kesetaraan fungsional ini, maka penilaian KJ adalah penjumlahan dari nilai kemampuan anaerobik (jumlah kemampuan anaerobik alaktasid ditambah kemampuan anaerobik laktasid dibagi dua) ditambah dengan nilai kemampuan aerobik dibagi dua, dengan rumus sebagai berikut:
½ (anaerobik alaktasid + anaerobik laktasid) + aerobik/2
Pada Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) tidak jelas konsep dasar fisiologi dan cara penilaiannya. Kesalahan yang nyata ialah memposisikan butir (item) tes kemampuan aerobik sebagai salah satu dari 5 (lima) butir TKJI. Dengan demikian maka kontribusi peran fungsional kemampuan aerobik menjadi hanya 20 % saja (100 % : 5) dari seluruh nilai TKJI itu, sedangkan sesungguhnya kontribusi peran itu adalah 50%. Sebaliknya kontribusi peran fungsional kemampuan anaerobik menjadi sebesar 80%, sedangkan sesungguhnya kepentingan peran fungsional kemampuan anaerobik dan aerobik adalah setara, yaitu masing-masing 50%.
Full Text:
PDFReferences
Giriwijoyo,Y.S.S. (1992) : Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa FPOK-IKIP Bandung.
Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000) : Olahraga Kesehatan, Bahan perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.
Giriwijoyo, H.Y.S.S. dkk. (2000) : Makalah : Pelatihan “Tenaga Dalam” melalui Senam Pagi Indonesia, Pengaruhnya terhadap berbagai kemampuan Statis, Dinamis Anaerobik dan Dinamis Aerobik. Disajikan dalam Kongres dan Seminar Nasional Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia, Denpasar, 13-17 Oktober 2002.
Karpovich, P.V. and Sinning, W.E.: Physiology of Muscular Activity, Chapter Sventeen: Health, Physical Fitness and Age, pg. 266-280; Chapter Eighteen: Tests of Physical Fitness, pg 281-294. W.B.Saunders Co. Philadelphia-London-Toronto, 1971.
Departemen Pendidikan Nasional – Pusat Kesegran Jasmani dan Rekeasi (1999): Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak Indonesia
DOI: https://doi.org/10.17509/jko-upi.v2i1.16223
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Jurnal Kepelatihan Olahraga
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.