PASCAKOLONIAL DALAM CERPEN “SURABAYA” KARYA IDRUS DAN CERPEN “GADIS BEKASI” KARYA RUSMAN SUTIASUMARGA

Halimah Halimah, Munaris Munaris, Aswan Aswan

Sari


Abstrak

Tulisan ini menjelaskan makna secara lebih mendalam terhadap cerpen “Surabaya” karya Idrus dan cerpen “Gadis Bekasi” Karya Rusman Sutiasumarga terkait hubungannya dengan ruang lingkup pascakolonial. Permasalahan yang utama mengemukakan 1) Ruang lingkup pascakolonial apa sajakah yang terdapat dalam cerpen “Surabaya” karya Idrus dan cerpen “Gadis Bekasi” Karya Rusman Sutiasumarga? Tujuan penulisan artikel ini secara umum adalah untuk memperoleh deskripsi mengenai ruang lingkup dan yang terdapat dalam cerpen “Surabaya” karya Idrus dan cerpen “Gadis Bekasi” Karya Rusman Sutiasumarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan, menganalisis atau menelaah isi karya sastra yang menjadi objek kajian pascakolonial. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa ruang lingkup pascakolonial yang dominan dalam cerpen “Surabaya” karya Idrus dan cerpen “Gadis Bekasi” Karya Rusman Sutiasumarga meliputi praktik kukuasaan penjajah, dampak kolonial, dan identitas bangsa Indonesia yang tertindas. Praktik kekuasaan dalam kedua cerpen tersebut diterapkan oleh pihak penjajah Jepang maupun Belanda di Indonesia.

Kata kunci: ruang lingkup pascakolonial, karya sastra, cerpen Indonesia

Abstract

This paper thoroughly explains the meaning of short stories of Idrus’ "Surabaya" and Rusman Sutiasumarga’s "Gadis Bekasi" in relation to post-colonial elements. The main problems raised are 1) What kind of post-colonial elements are contained in Idrus’ "Surabaya" and Rusman Sutiasumarga’s "Gadis Bekasi"? The purpose of writing this article in general is to obtain the description of postcolonial elements in both short stories. This research was qualitative in nature. Descriptive qualitative method was employed by describing, analyzing, or examining the content of a literary work as an object of post-colonial studies. From the analysis, it was found that the dominant postcolonial elements in Idrus’ "Surabaya" and Rusman Sutiasumarga’s "Gadis Bekasi" entail the practice of colonialism, the colonial impact, and the identity of the oppressed nation of Indonesia. The practice of colonialism in both short stories was applied by the Japanese and Dutch colonialists in Indonesia.

Keywords: post-colonial elements, literary works, Indonesian short story 


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Atikah & Kusuma, A. B. (2017). Analisis novel bukan pasar malam karya pramoedya ananta

toer berdasarkan pendekatan pascakolonial. Deiksis-Jurnal Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, 4(2), 8—21.

Aziz, S. A. (2003). Teori dan kritikan sastra: Modenisme, pascamodenisme,

pascakolonialisme. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia. (2016). Kamus besar bahasa indonesia daring. [Online]. Diakses

dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/.

Bahardur, S. S. (2017). Pribumi subaltern dalam novel-novel indonesia pascakolonial. Jurnal

Gramatika, 3(1), 89—100.

Budianta, M. (2004). Teori postkolonial dan aplikasinya pada karya sastra. Makalah pelatihan

teori dan kritik sastra, 27—30 Mei.

Munos, D & Ledent, B. (2018). “Minor” genres in postcolonial literatures: New webs of

meaning. Journal of Postcolonial Writing, 54(1), 1—5.

Etherington, B., & Zimbler, J. (2014). Field, material, technique: On renewing postcolonial

literary criticism. The Journal of Commonwealth Literature, 49(3), 279–297.

Faruk. (2007). Belenggu pasca-kolonial: Hegemoni & resistensi dalam sastra Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fediyanto, N. (2017). Rumah pascakolonial dalam beloved karya toni morrison. Jurnal Ilmiah

Lingua Idea, 6(2), 86—97.

Fowles, S. (2016). The perfect subject (postcolonial object studies). Journal of Material

Culture, 21(1), 9—27.

Gandhi, L. (2007). Teori poskolonial: Upaya meruntuhkan hegemoni barat. Yogyakarta:

Qalam.

Idrus. (1947). “Surabaya”. Dalam: Jasssin H.B. (2013). Gema tanah air: Prosa dan puisi.

Bandung: Pustaka Jaya, 416—450.

Jasssin H.B. (2013). Gema tanah air: Prosa dan puisi. Bandung: Pustaka Jaya.

Kartika, B. A. (2011). Eksploitasi concubinage dan subjek subaltern: Hegemoni atas

perempuan indonesia dalam tinjauan kritis pascakolonial dan feminisme novel de winst

karya afifah afra. Atavisme: Jurnal Ilmiah Kajian Sastra, 14(1), 51—64.

Lestari, W. D., Suwandi, S., & Rohmadi, M. (2018). Kaum subaltern dalam novel-novel karya

soeratman sastradihardja: sebuah kajian sastra poskolonial. Widyaparwa, 46(2), 178—

Poesponegoro & Notosusanto, N. (1984). Sejarah nasional Indonesia. Jakarta: PN Balai

Pustaka.

Ratna, N. K. (2008). Postkolonialisme indonesia: Relevansi sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Santoso, J. (2018). Choragraphy tubuh nyai dalam novel mirah dari banda karya hanna rambe:

Kajian politik ruang pascakolonial. METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra, 11(1),

—56.

Sari, N. A. (2019). Retorika subversif dalam sajak - sajak wiji thukul: Kajian stilistika.

Intelektiva: Jurnal Ekonomi,Sosial & Humaniora, 1(5), 34—45.

Sumardjo, J. (1999). Konteks sosial novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Penerbit Alumni.

Sutiasumarga, R. (1946). “Gadis Bekasi”. Dalam: Jasssin H.B. (2013). Gema tanah air:

Prosa dan puisi. Bandung: Pustaka Jaya, hlm. 235—241.

Tunca, D., & Ledent, B. (2020). Towards a definition of postcolonial biographical fiction. The

Journal of Commonwealth Literature, 55(3) 335—346.

Wasono, S. (2006). Citra Jepang sebagaimana tercermin dalam tiga novel selepas perang

kemerdekaan. Susastra: Jurnal Ilmu Sastra dan Budaya, 2(3), 72—87.

Wasono, S. (2007). Sastra propaganda. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Williams, P & Chrisman, L. (1994). Colonial discourse and post-colonial theory: A. Reader.

Great Britain: University Press, Cambridge.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.