PENINGKATAN MINAT BELAJAR TARI SISWA LAKI-LAKI MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Fadil Ahmad Nahrowi, juju Masunah, beben Barnas

Abstract


Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya minat belajar siswa laki-laki adalah kurangnya pemahaman guru mengenai metode dan bahan pengajaran. Kecenderungan mereka menggunakan metode satu arah atau metode ceramah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat tari pada siswa laki-laki menggunakan model project based learning melalui iringan musik tari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode eksperimen dengan menggunakan jenis pre-experimental design (one group pretest and posttest). Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yang melibatkan strategi pengambilan contoh berdasarkan pertimbangan faktor tertentu. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, penggunaan angket, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan cara teknik pengolahan data statistik deskriptif dan teknik statistik inferensial. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya peningkatan minat belajar pada siswa laki-laki, yang ditunjukkan dengan nilai pretest dan posttest di atas 0,05. Nilai signifikansi pretest adalah 0,222 dan nilai signifikansi posttest adalah 0,800. Hal ini dapat diamati melalui analisis menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 25, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil minat belajar siswa dari pretest dan posttest. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa "Ha diterima Ho ditolak", yang berarti model Project Based Learning pada pembelajaran iringan music tari dapat meningkatkan minat siswa laki-laki.


Keywords


project based learning, minat, iringan musik, siswa laki-laki

References


PENINGKATAN MINAT BELAJAR TARI SISWA LAKI-LAKI MELALUI PROJECT BASED LEARNING

 Fadil Ahmad Nahrowi, Juju Masunah, Beben Barnas

* Program Studi Pendidikan Seni Tari, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Isola Kec. Sukasari Kota Bandung, Jawa Barat 40154, Indonesia

 faahna@upi.edu  jmasunah@upi.edu  barnas@upi.edu

Abstrak

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya minat belajar siswa laki-laki adalah kurangnya pemahaman guru mengenai metode dan bahan pengajaran. Kecenderungan mereka menggunakan metode satu arah atau metode ceramah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat tari pada siswa laki-laki menggunakan model project based learning melalui iringan musik tari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode eksperimen dengan menggunakan jenis pre-experimental design (one group pretest and posttest). Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yang melibatkan strategi pengambilan contoh berdasarkan pertimbangan faktor tertentu. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, penggunaan angket, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan cara teknik pengolahan data statistik deskriptif dan teknik statistik inferensial. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya peningkatan minat belajar pada siswa laki-laki, yang ditunjukkan dengan nilai pretest dan posttest di atas 0,05. Nilai signifikansi pretest adalah 0,222 dan nilai signifikansi posttest adalah 0,800. Hal ini dapat diamati melalui analisis menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 25, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil minat belajar siswa dari pretest dan posttest. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa "Ha diterima Ho ditolak", yang berarti model Project Based Learning pada pembelajaran iringan music tari dapat meningkatkan minat siswa laki-laki.

Kata Kunci: project based learning, minat, iringan musik, siswa laki-laki

PENDAHULUAN

Seni tari merupakan wahana pengembangan minat dan bakat siswa serta media komunikasi, permainan, dan ekspresi diri. Pembelajaran seni tari yang tidak memiliki orientasi hasil untuk melatih siswa berupaya mengembangkan diri sebagai penari profesional, tetapi hanya untuk meningkatkan aspek-aspek tertentu dari kesejahteraan emosional, fisik, dan mental seseorang. Akan tetapi, tujuan pembelajaran berhasil dicapai secara efektif apabila siswa turut serta secara aktif. Minat adalah kecenderungan yang konsisten untuk tertarik dan mengingat beberapa aktivitas. Aktivitas yang menarik minat siswa terus-menerus diamati dengan perasaan senang dan memberikan kepuasan. Menurut (Slameto, 2003:57). Kurangnya minat belajar siswa laki-laki untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran dikarenakan beberapa faktor. Diantara lain persepsi yang salah tentang seni tari sebagai kegiatan yang hanya cocok bagi perempuan saja, sehingga membuat mereka merasa tidak tertarik atau malu untuk mengikutinya. Hal lain yang juga menjadi penyebab ketidakantusiasan siswa laki-laki terhadap seni tari adalah cara pengajaran atau model pembelajaran yang menurut mereka tidak menarik. Salah satu model pembelajaran bagi siswa laki-laki yang memiliki minat kurang dalam seni tari yaitu dengan model project based leaning yang sering disebut sebagai model pembelajaran yang menerapkan pendekatan kompleksitas permasalahan dalam sistemnya dengan tujuan memfasilitasi siswa dalam memahami dan menginternalisasi teori yang diajarkan model tersebut mengimplementasikan pendekatan yang berorientasi pada konteks yang memupuk keahlian siswa dalam berpikir kritis.

Berikut adalah beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang minat dalam proses pembelajaran dan model Project-Based Learning, diantaranya yaitu, Helena Lidya Anjani (2022) meneliti tentang motivasi yang diberikan kepada siswa melalui pendekatan pengajaran yang membangkitkan semangat belajar dan keinginan untuk mencapai prestasi. Lalu penelitian oleh Rimasari Pramesti Putri (2022) dalam penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran project based learning dapat dijadikan sebagai pendekatan pembelajaran seni tari yang menggabungkan kreativitas guru dalam mengembangkan materi dan kreativitas siswa dalam menciptakan proyek kolaboratif. Dan saja juga penelitian dari Dena Fadila (2019) yang meneliti tentang mengembangkan kreativitas dalam gerakan tari siswa dengan menerapkan model Project Based Learning dalam kegiatan ekstrakurikuler seni tari. Dari beberapa penelitian diatas belum ada yang meneliti mengenai minat belajar tari pada siswa laki-laki menggunakan model project based learning melalui iringan musik tari.

Minat berperan krusial dalam kemajuan pembelajaran siswa. Siswa yang tertarik pada suatu bidang akan berupaya lebih keras dalam menggali pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tersebut dibandingkan dengan siswa yang tidak tertarik. Menurut M Alisuf Sabri (1995, hlm.84) minat adalah cenderung untuk selalu fokus dan mengulang hal tertentu secara berulang-ulang, minat pada konteks ini berkaitan dengan perasaan sukacita terhadap sesuatu. Seseorang yang tertarik pada suatu hal menunjukkan bahwa mereka merasa senang terhadap hal tersebut. Prinsipnya, minat ialah respon positif terhadap hubungan antara sesuatu di luar diri sendiri dan diri mereka sendiri. Semakin erat atau kuat keterkaitan tersebut, semakin tinggi minatnya. Minat adalah kecenderungan dalam cara bertindak seseorang yang memotivasi seseorang untuk terlibat atau berinteraksi dengan orang, benda, aktivitas, atau pengalaman tertentu yang membangkitkan minat tersebut. Oleh sebab itu, minat dapat terungkap melalui ungkapan yang menandakan bahwa siswa memiliki preferensi atau kesukaan lebih terhadap suatu hal dibandingkan hal lainnya.

Model yang variatif dan inovatif sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran agar siswa menjadi aktif saat belajar. Menurut (Mahendra, 2007) Pembelajaran Berbasis Proyek adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa diberi keleluasaan untuk merencanakan kegiatan belajar, mengkolaborasikan upaya dalam proyek bersifat kolaboratif, yang berdampak pada hasil karya yang dapat dipresentasikan kepada pihak lain. Teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini mencakup pendidikan seni tari, model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan potensi minat peserta didik. Seni Tari adalah bentuk seni yang menggabungkan gerakan tubuh dan musik dengan cara yang teratur dan terorganisir untuk mengekspresikan perasaan individu, Kegiatan menari secara tidak langsung dapat memberikan pengaruh positif kepada siswa baik dari berbagai dimensi seperti pengetahuan untuk berkreasi, keterampilan dan sikap untuk menciptakan minat belajar melalui pembelajaran seni tari (Budiman. k, 2003). Masunah dan Narawati (2003, hlm. 282) menyebutkan bahwa

Maksud dari pendidikan seni adalah untuk mengembangkan kemampuan menghargai seni dan budaya pada peserta didik. Melalui pendidikan seni, diharapkan siswa dapat mencapai perkembangan fisik dan psikis yang seimbang. Peneliti mendefinisikan seni Tari sebagai ungkapan batin yang mengandung ungkapan emosi yang disampaikan melalui medium gerakan. Disamping itu, Seni Tari adalah bagian integral dari proses pembelajaran di sekolah dengan tujuan sebagai sarana untuk mengembangkan berbagai potensi, kecerdasan, dan penerapan nilai-nilai karakter siswa. Menurut (Sekarningsih dan Rohayani, 2006) tujuan pembelajaran seni tari adalah untuk mengembangkan sensitivitas menumbuhkan sikap kritis, reseptif, dan kreatif siswa terhadap keindahan dan seni. Sikap ini hanya akan berkembang apabila melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas seni, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka pembelajaran seni tari ini bertujuan untuk mengungkapkan emosi atau pengalaman individu yang dipelajari melalui ekspresi tubuh secara kreatif.

Musik sebagai media untuk mengungkapkan diri, melalui musik siswa laki-laki diberikan kemungkinan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan bergoyang mengikuti iringan musik.. Dalam iringan musik tari, elemen-elemen seperti melodi, ritme, tempo, dan harmoni dipilih dan diatur dengan cermat untuk menciptakan keterkaitan yang harmonis antara gerakan penari dan musik yang dimainkan. Iringan musik tari terbagi menjadi dua yaitu iringan musik internal dan iringan msusik eksternal. Ahli musik dan tari, Hanna, J. L. (1988) menyoroti pentingnya iringan musik internal dalam beberapa bentuk tarian tradisional. Ia menjelaskan bahwa dalam tarian-tarian seperti tarian etnis atau tarian adat tertentu, penari sering menggunakan alat musik yang terhubung langsung dengan gerakan mereka, seperti kaki penari yang menghasilkan ketukan, atau tepukan tangan yang mengikuti pola ritmis dalam tarian tersebut. Dalam konteks ini, irama dan suara yang dihasilkan oleh penari sendiri merupakan iringan musik internal yang menjadi bagian integral dari pertunjukan tari. Dan juga Ahli tari dan musik, Menurut Novack, C.J. (1990) “ membahas penggunaan iringan musik eksternal dalam tari kontemporer. Novack menekankan bahwa dalam tarian kontemporer, musik eksternal yang diputar dari sumber musik yang terpisah digunakan sebagai pendukung atau pendamping gerakan penari. Musik eksternal ini dipilih atau diatur khusus untuk menciptakan atmosfer, memperkuat ekspresi gerakan, atau memberikan struktur dan ritme bagi tarian tersebut.”

Terlihat adanya banyak siswa laki-laki dengan minat belajar tari yang rendah atau kurang maksimal, yang berdampak pada ketidakefektifan proses pembelajaran. Tersebutlah terdapat berbagai faktor yang menjadi penyebab hal tersebut, termasuk salah satunya adalah siswa mengalami kebosanan, kekurangan semangat, dan bahkan kurang motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Ini disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang lebih mendominasi oleh metode ceramah, tanpa memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dan menyuarakan pendapat mereka. Seorang pendidik yang ideal harus mampu meningkatkan kesejahteraan peserta didik atau bawahan dalam kehidupan mereka. (Sunaryo, 2020). Akibatnya, minat belajar siswa tidak dapat berkembang. Dengan menggunakan model project based learning ini melalui unsur pendukung tari yaitu iringan musik tari, diantaranya iringan musik internal musik yang dihasilkan dalam tubuh sendiri dan iringan musik eksternal yang dihasilkan oleh alat musik asli maka pembelajaran akan lebih diminati dan suasa kelas pun akan lebih hidup.

Tujuan penelitian ini adalah menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan iringan musik tari untuk mengetahui tingkat minat belajar seni tari pada siswa laki-laki kelas VIII 5 SMP Negeri 15 Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber wawasan, baik dalam teori maupun praktik pembelajaran menggunakan model project-based learning, serta memberikan masukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, terutama dalam pembelajaran seni tari.

METODE

Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dengan metode yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan design yang digunakan pre-experimental design jenis (one group pretest and posttest) dilakukan pada satu kelompok yang dipilih secara purposive sampling. Data yang diperoleh akan lebih akurat karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan dilakukan (Sugiyono, 2010, hlm. 110). Terdapat langkah pada O1: Tes awal (Pre Test) dilakukan sebelum perlakuan diberikan, X: Perlakuan (Treatment) diberikan kepada siswa dengan menerapkan model Project Based Learning, O2: Tes akhir (Post Test) dilakukan setelah perlakuan diberikan.

Partisipan & Lokasi Penelitian

Guru seni budaya yakni guru pamong selama penelitian berlangsung serta siswa dikelas VIII 5 SMP Negeri 15 Bandung sebagai pihak yang terlibat dalam penelitian ini berlokasikan di Jl. Dr. Setiabudhi No.89, Gegerkalong, Kec.Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40153.

Populasi & Sampel

Populasi

Populasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 15 Bandung pada kelas VIII berjumlah 6 kelas 195 siswa yang terdiri dari 84 siswa laki-laki dan 108 siswa perempuan.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa laki-laki di kelas VIII 5 SMP Negeri 15 Bandung dengan jumlah 18% dari populasi sama dengan 15 orang pemilihan sampel dengan menggunakan teknik secara Purposive Sampling yang menerapkan teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu.

Pengumpulan Data

Dalam Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Alat yang digunakan untuk mengukur minat siswa laki-laki melalui angket dengan indikator minat belajar yang digunakan diantaranya perasaan senang, perhatian, ketertarikan dan keterlibatan, yang dilakukan sebanyak 2 kali yakni pretest dan post-test. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 3 pertemuan. Minat tari siswa laki-laki digunakan pada awal pertemuan yakni hasil belajar siswa sebelum diterapkannya model PJBL melalui iringan musik tari, saat proses implementasi diterapkannya model PJBL melalui iringan musik tari, dan hasil belajar siswa sesudah diterapkannya model PJBL melalui iringan musik tari. Wawancara guru seni budaya dan juga siswa didalam kelas VIII 5 SMP Negeri 15 Bandung mengikuti sesuai dengan panduan wawancara yang telah dibuat dan dirancang oleh peneliti

Analisis Data

Pada penelitian ini, data dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode pre-eksperimental desain (One Group Pretest-Posttest). Uji t digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan antara hasil sebelum dan setelah perlakuan. Dengan demikian, dapat ditentukan apakah perlakuan tersebut memiliki pengaruh atau tidak. Dalam analisis data, langkah-langkah yang dilakukan meliputi pengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, penyajian data untuk setiap variabel yang sedang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Sebelum menganalisis data, dilakukan pengujian prasyarat yang melibatkan uji normalitas dan uji reabilitas sebagai persyaratan untuk melanjutkan penelitian.

HASIL PENELITIAN

Pembelajaran Tari Sebelum Diterapkannya Model Project Based Learning Melalui Iringan Musik

Dalam tahap awal kegiatan, peneliti pertama-tama melakukan wawancara dengan guru seni budaya dan siswa pada tanggal 07 Maret 2023 Dalam proses wawancara tersebut diungkapkan bahwa tingkat minat belajar tari pada siswa laki-laki di kelas VIII 5 SMP Negeri 15 Bandung cenderung kurang, Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara peneliti bersama perwakilan siswa laki-laki di kelas tersebut yang menyatakan bahwa minat belajar mereka memang kurang, disebabkan oleh beberapa faktor termasuk kurangnya daya tarik dalam pembelajaran seni tari yang diberikan oleh guru.

Oleh karena itu, hasil wawancara diperkuat dengan melakukan pretest melalui kolaborasi kelompok dalam membuat proyek, sehingga peneliti dapat mengamati kemampuan minat belajar awal siswa laki-laki dalam pembelajaran tari. Pretest awal dilakukan sekali dengan siswa mengisi angket yang telah disiapkan oleh peneliti berdasarkan penilaian indikator minat belajar dalam pembelajaran tari sebelum menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. Rentang, mean, median, modus, varians dan standar deviasi untuk hasil pretest, sebagai berikut:

Diagram 1.1 Hasil Pretest

diagram diatas dapat dilihat hasil nilai dari masing-masing siswa yang memiliki nilai perasaan senang, perhatian, ketertarikan dan keterlibatan.

Rentang Nilai

Rentang (J)

J = X_max⁡〖- 〗 X_min

= 72 – 53 = 19

Mean (Nilai rata-rata)

Mean ̅ = Σx/n = 958/15 = 63,8 ≈ 64

(x) Indikator 1 (Perasaan Senang)

Σx/n = 1012/15 = 67,4 ≈ 67

(x) Indikator 2 (Perhatian)

Σx/n = 892/15 = 59,4 ≈ 59

(x) Indikator 3 (Ketertarikan)

Σx/n = 924/15 = 61,6 ≈ 62

(x) Indikator 4 (Keterlibatan)

Σx/n = 1004/15 = 66,9 ≈ 67

Median

Median, merupakan nilai tengah atau angka yang terletak di tengah-tengah frekuensi. Jumlah frekuensi yaitu 15, maka (Me) terletak di data yang berposisi 8 dari data yang telah tersusun berikut:

54 58 62 63 64 64 64 65 65 65 68 70 71 72

Berdasarkan data tersebut maka median dari data diatas adalah 64

Tabel 1.1 Nilai Modus Pretest

Nilai Frekuensi

1

1

1

1

1

3

3

1

1

1

1

Dari tabel frekuensi di atas, dapat diketahui bahwa nilai yang sering muncul Yaitu 64 dan 65.

Mencari nilai varians

= (N∑X^2-(∑〖X)〗^2)/(N(N-1))

= (15(61614)-(958)^2)/(15(15-1))

= (924210-917764)/(15(14))

= 6446/210

= 30,69 ≈ 31

Mencari nilai Deviasi

= √31 = 5,56

menghitung persentase nilai rata-rata minat belajar peneliti menyajikan perhitungan dibawah ini:

Indikator Perasaan Senang

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

=67/100 x 100% = 67%

Indikator Perhatian

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

=59/100 x 100% = 59%

Indikator ketertarikan

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

= 62/100 x 100% = 62%

Indikator Keterlibatan

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

=67/100 x 100% = 67%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disajikan persentase nilai rata-rata minat belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 1.2

Nilai Rata-rata minat tari siswa laki-laki

No. Indikator Minat Nilai Rata-rata Persentase

Perasaan Senang 67 67%

Perhatian 59 59%

Ketertarikan 62 62%

Keterlibatan 67 67%

Pada dasarnya karakteristik siswa kelas VIII 5 SMPN 15 Bandung yaitu termasuk kedalam siswa yang cukup aktif, hal ini terlihat pada saat peneliti mengajukan pertanyaan seputar pembelajaran tari. Namun, pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki minat belajar yang demikian, misalnya pada siswa laki-laki di kelas VIII 5 tersebut. Dari sekiaan siswa laki-laki yang ada, hanya beberapa orang saja yang berani untuk menjawab pertanyaan yang peneliti lontarkan.

Proses Pembelajaran Tari Diterapkannya Model Project Based Learning Melalui Iringan Musik

Proses pembelajaran yang digunakan dalam kelas melibatkan model project based learning, dengan tujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa laki-laki. 3x Setiap pertemuan peneliti melaksanakan perlakuan atau treatment selama 2x dengan durasi 40 menit. Jadwal pertemuan yang telah ditetapkan oleh peneliti mengikuti perencanaan silabus dan RPP. Berikut adalah gambaran proses pembelajaran yang diterapkan:

Pertemuan Pertama

Pertemuan awal pada hari Selasa, tanggal 16 mei 2023 diawali dengan salam pembuka, setelah itu melakukan pengabsenan. Kemudian peneliti membagikan angket yang akan diisi oleh siswa mengenai minat belajar. Setelah pertanyaan angket minat belajar dijawab semua oleh siswa, peneliti memberikan sedikit stimulus berupa pertanyaan mengenai seputar seni tari. Pada pertemuan pertama ini pembelajaran seni menekankan pada pemahaman siswa terhadap iringan musik dalam tari, dimana siswa diberikan kebebasan untuk menguasai dan memahami tentang iringan musik. Selain itu pada pertemuan ini perlakuan lebih difokuskan kepada peningkatan perasaan senang siswa dan perhatian siswa terhadap pembelajaran seni tari yang berasal dari pemahaman siswa mengenai iringan musik dalam tari. Selanjutnya siswa ditugaskan untuk membentuk kelompok dengan anggota 4-5 siswa, kemudian peneliti mengarahkan setiap kelompok siswa untuk mencari informasi mengenai iringan musik untuk dijadikan suatu project tari. Selama proses pembelajaran, hanya beberapa siswa memperlihatkan minat mereka dengan perasaan senang. Selain itu, juga terdapat beberapa siswa yang menunjukkan sikap perhatian selama kegiatan kelompok dalam mencari materi iringan musik tari. Media pembelajaran yang diterapkan pada pertemuan ini ialah Handphone untuk membantu siswa mencari informasi mengenai iringan musik tari.

Gambar 1.1

Dokumentasi Siswa Saat Sedang Mengisi Angket (Pretest)

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pertemuan Kedua

Pertemuan berikutnya dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 23 Mei 2023, pembukaan sama dengan pertemuan minggu lalu. Diawali dengan salam pembuka setelah itu melakukan pengabsenan, selanjutnya siswa diarahkan langsung dengan posisi duduk berkelompok lalu peneliti langsung memberikan materi iringan musik tari yang disampaikan melalui PPT dan speaker. Setiap kelompok merancang proyeknya mereka masing-masing berdasarkan hasil dari diskusi sebelumnya. Dalam perancangan proyek tersebut, peneliti memberikan arahan tentang langkah-langkah yang harus diambil serta tujuan akhir dari proyek tersebut. Selanjutnya, siswa pun melakukan latihan didalam kelas. Pada pertemuan kali ini siswa difokuskan pada indikator ketertarikan yang mana siswa melakukan ekplorasi gerak melalui ide gagasan yang mereka buat, dalam hal ini peneliti memberikan peluang kepada, setiap kelompok siswa untuk bertanya jika terjadi kesulitan dalam membuat proyek dan perwakilan kelompok siswa melakukan presentasi hasil dari yang mereka peroleh.

Gambar 1.2

Dokumentasi Perwakilan Kelompok Mengenai Proyek Yang dibuat

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pertemuan Ketiga

Pertemuan ke tiga ini merupakan pertemuan terakhir yang dilakukan hari selasa pada tanggal 30 Mei 2023, Sama dengan pertemuan pertama dan kedua diawali dengan salam pembuka dan pengabsenan. Peneliti membantu siswa untuk mempersiapkan kelas yang akan digunakan untuk presentasi project tari menggunakan iringan musik dari masing-masing kelompok. Satu persatu kelompok mempresentasikan proyek tari yang mereka buat, bagi siswa yang belum presentasi melakukan apresiasi proyek kelompok yang sedang presentasi, dari semua kelompok mereka menggunakan iringan musik internal. Setelah itu, siswa dan peneliti melakukan evaluasi hasil dari proyek yang mereka buat, hal ini melibatkan siswa dalam indikator keterlibatan dalam minat tari pada pembelajaran seni tari menerapkan model project based learning dengan iringan musik tari. Selanjutnya, tahap terakhir peneliti membagikan angket untuk melihat hasil dari posttest.

Gambar 1.3

Dokumentasi Presentasi Proyek Yang dibuat Siswa

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pembelajaran Tari Sesudah Diterapkannya Model Project Based Learning Melalui Iringan Musik

Setelah dilakukannya tereatment berupa penerapan pembelajaran menggunakan project based learning melalui iringan musik tari, selanjutnya peneliti melakukan post-test untuk mengecek hasil minat belajar siswa laki-laki. Posttest dilakukan kepada 15 siswa laki-laki dengan berupa angket sebanyak 13 pertanyaan dengan penilaian indikator minat yakni perasaan senang, perhatian, ketertarikan dan keterlibatan sebagai berikut:

Diagram 1.2 Hasil Postest

diagram diatas dapat dilihat hasil nilai dari masing-masing siswa yang memiliki nilai perasaan senang, perhatian, ketertarikan dan keterlibatan.

Nilai Rentang

Rentang (J)

J = X_max⁡〖- 〗 X_min

= 94 – 71 = 23

Mean (Nilai rata-rata)

Mean ̅ = Σx/n = 1227/15 = 8,18 ≈ 8

(x) Indikator 1 (Perasaan Senang)

Σx/n = 1224/15 = 81,6 ≈ 82

(x) Indikator 2 (Perhatian)

Σx/n = 1224/15 = 81,6 ≈ 82

(x) Indikator 3 (Ketertarikan)

Σx/n = 1200/15 = 80

(x) Indikator 4 (Keterlibatan)

Σx/n = 1260/15 = 84

Median

Median, merupakan nilai tengah atau angka yang terletak di tengah-tengah frekuensi. Jumlah frekuensi yaitu 15, maka (Me) terletak di data yang berposisi 8 dari data yang telah tersusun berikut:

73 77 78 81 81 81 81 81 83 84 85 87 90 94

Berdasarkan data tersebut maka median dari data diatas adalah 81

Tabel 1.3 Nilai Modus Postets

Nilai Frekuensi

1

1

1

1

5

1

1

1

1

1

1

Dari tabel frekuensi di atas, dapat diketahui bahwa nilai yang sering muncul Yaitu 81.

Mencari nilai varians

= (N∑X^2-(∑〖X)〗^2)/(N(N-1))

= (15(100863)-(1227)^2)/(15(15-1))

= (1512945-1505529)/(15(14))

= 7416/210

= 35,31 ≈ 35

Mencari nilai Deviasi

= √35 = 5,91 ≈ 6

Menghitung persentase nilai rata-rata posstest minat belajar peneliti menyajikan perhitungan dibawah ini:

Indikator Perasaan Senang

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

=82/100 x 100% = 82%

Indikator Perhatian

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

= 82/100 x 100% = 82%

Indikator ketertarikan

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

= 80/100 x 100% = 80%

Indikator Keterlibatan

Persentase = (Nilai Perolehan)/(Nilai keseluruhan) x 100%

= 84/100 x 100% = 84%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disajikan persentase nilai rata-rata minat belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 1.4

Nilai Rata-rata postets minat belajar tari siswa laki-laki

No. Indikator Minat Nilai Rata-rata Persentase

Perasaan Senang 82 82%

Perhatian 82 82%

Ketertarikan 80 80%

Keterlibatan 84 84%

Melihat data pada bagian diatas bahwa minat belajar siswa mengalami kenaikan, diantaranya pada indikator perasaan senang mengalami kenaikan sebesar 15% yakni dari 67% menjadi 82%. Selanjutnya, indikator perhatian pun mengalami kenaikan sebesar 23% yakni dari 59% menjadi 82%. Kemudian, indikator ketertarikan meningkat sebesar 22% yakni dari 62% menjadi 80%. Adapun indikator keterlibatan meningkat sebesar 17% yakni dari 67% menjadi 84%. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model Project Based Learning dalam pembelajaran tari melalui iringan musik pada siswa laki-laki di kelas VIII 5 SMPN 15 Bandung meningkat. Ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan model Project Based Learning dalam pembelajaran tari melalui iringan musik, dapat meningkatkan minat belajar siswa yang terbukti dengan peningkatan nilai peserta didik yang berhasil mendapatkan nilai KKM. Selanjutnya, data akan diuji kembali menggunakan uji normalitas dan uji reabilitas dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 25.

Uji Normalitas

Tabel 1.5 Uji Normalitas

Tabel tersebut menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal karena nilai signifikansi untuk nilai pretest dan posttest di atas 0,05. Nilai pretest memiliki signifikansi 0,222 dan nilai posttest memiliki signifikansi 0,800.

Uji Reabilitas

Tabel 1.6 Uji Reabilitas

Pada tabel di atas, variabel hasil belajar yang diukur dengan indikator kognitif menunjukkan reliabilitas sebesar 0,871 melebihi nilai 0,60 atau 0,871 > 0,60. maka, kesimpulannya instrumen terbukti reliabel dan dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya.

PEMBAHASAN

Minat belajar siswa laki-laki sebelum mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model PJBL dapat dikatakan cukup rendah. Keadaan pada saat sebelum menerapkan model PJBL siswa lebih telihat acuh terhadap kegiatan belajar-mengajar di kelas, maupun dengan tugas-tugas yang diberikan. Dari awal siswa laki-laki mempunyai anggapan bahwa materi pelajaran seni budaya, terutama pelajaran seni tari itu adalah mata pelajaran yang membosankan sehingga siswa memahami materi yang diajarkan oleh guru, dan siswa juga kurang terlibat dalam memberikan pertanyaan apabila masih ada materi yang sekiranya tidak jelas atau tidak dimengerti. Keadaan tersebut kembali diperkuat dengan hasil pre-test siswa yang mendapatkan nilai rata-rata rendah dalam indikator-indikator minatnya. Model pembelajaranpun menjadi salah satu alasan yang menyebabkan siswa kurang mampu secara efektif memperoleh dan memahami informasi yang ditawarkan, karena pembelajaran seni tari di sekolah selalu dengan proses pembelajaran metode ceramah dan lebih mengutamakan pada proses peniruan dari gerak-gerak yang diajarkan dengan video yang disampaikan oleh guru.

Menggunakan media yang sesuai dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh positif dalam memicu semangat belajar siswa serta memperkaya pengalaman belajar dengan hal-hal kreatif, aktif, dan inovatif (Komalasari et al., 2021). Siswa sudah mulai inisiatif untuk menanyakan materi yang belum mereka pahami dan dapat menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh pengajar mengenai materi yang disampaikan, siswapun sudah memiliki keberanian untuk menampilkan hasil kreatifitasnya berupa gerak-gerak yang telah dieksplorasi melalui iringan musik tari. Model PJBL yang memiliki pandangan bahwa siswa harus dapat melahirkan gagasan kreatif dimana proses pembelajaran praktik akan mendapatkan hasil yang maksimal Menurut Hardini dan Dewi (2012, hlm. 127) Pembelajaran proyek sebagai model pembelajaran yang memberi peluang kepada guru untuk mengatur kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas dengan melibatkan kegiatan proyek. Proses pembelajaran dengan model PJBL ini terbukti membuat siswa tertarik untuk terlibat secara langsung ke dalam proses pembelajaran, siswa lebih memiliki perhatian yang lebih besar terhadap proses pembelajara. Model PJBL ini memberikan ruang memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan kreativitas mereka sekaligus mendorong pemikiran kritis dalam diri mereka.

Tahapan-tahapan pada model PJBL memberikan kesan tersendiri untuk siswa dalam pengalaman belajar mengutamakan yang dirasakan oleh siswa. Pembelajaran dilakukan dengan cara membentuk kelompok belajar dimana siswa selama proses pembelajaran melakukan seluruh kegiatan secara berkelompok baik dalam mengumpulkan materi iringan musik tari, eksploasi gerak, membuat project karya tari yang ditampilkan diakhir pembelajaran.

Perkembangan minat belajar siswa laki-laki mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Model PJBL terbukti sangat berpengaruh terhadap peningkatan minat belajar siswa laki-laki, hal ini dapat terlihat dari hasil post-test siswa. Model ini dikatakan sangat berpengaruh karena model ini sangat mendukung untuk siswa dalam hal peningkatan minat belajar. Pada implementasi model ini, siswa diwajibkan untuk berperan aktif dan menunjukkan kreativitas dalam memecahkan masalah ataupun hal yang bersifat Intellectually.

Hal ini dikarenakan perolehan data hasil post-test siswa menunjukkan peningkatan yang cukup substansial jika dibandingkan dengan evaluasi sebelumnya dari hail pre-test. Pada saat pre-test terlihat jelas bahwa sebagian besar siswa laki-laki kelas VIII 5 belum memiliki perasaan senang, perhatian, ketertarikan serta keterlibatan dalam proses pembelajaran seni tari yang dilaksanakan. Berbeda dengan hasil post-test pada tahap ini siswa sudah terlihat lebih memiliki peningkatan yang signifikan. Seperti yang terlihat pada grafik data post-test berikut:

Diagram 1.3

Nilai hasil postest minat belajar siswa laki-laki

Berdasarkan data pada diagram diatas bahwa siswa laki-laki mendapatkan peningkatan yang cukup signifikan pada minat belajar yang terlihat dari hasil pretest dan posttest.

Diagram 1.4

Nilai Rata-rata pretest dan postest

Perbadingan sudah terlihat jelas pada grafik di atas. Pada grafik di atas terlihat peningkatan yang dapat dilihat pada nilai rata-rata dari pre-test dan post-test. Pada saat pre-test, nilai rata-rata yang diperolah pada indikator perasaan senang yaitu 67 menjadi 82 pada saat post-test, indikator perhatian mendapatkan nilai rata-rata pretest 59 menjadi 82 pada rata-rata posttest. Kemudian, nilai rata-rata pada indikator ketertarikan sebesar 62 menjadi 80 pada rata-rata posttest, dan indikator keterlibatan mendapatkan nilai rata-rata pretest sebesar 67 menjadi 84 pada rata-rata posttest.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model PJBL mampu menumbuhkan minat belajar siswa laki-laki terhadap proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran tari melalui iringan musik. Hal tersebut dapat terlihat dari perolehan nilai pada saat post-test yang telah mengalami perkembangan secara signifikan apabila dibandingkan dengan pencapaian pada saat pre-test.

Tabel 1. 7 perbandingan pretest dan posttest

Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan antara t_hitung dengan t_tabel, maka data penelitian akan dihitung dengan perhitungan uji t sebagai berikut:

Nilai rata-rata selisih pretest dan posttest minat belajar siswa laki-laki

d ̅=Σd/n

=269/15

=17,93 dibulatkan menjadi 18

Nilai standar deviasi selisih pretest dan posttest minat belajar siswa laki-laki

s =√((nΣd^2-(Σ〖d)〗^2)/n(n-1) )

=√((15(5587)-(269)^2)/15(15-1) )

=√((83805-72361)/15(14) )

=√(11444/210) = √54,49 = 7,38 dibulatkan 7

Nilai t_hitung pretest dan posttest hasil belajar siswa

t=d ̅/((s ̅/√n) )

=18/((7/√15) )

=18/((7/3,87) )

=18/(1,80) = 10

Untuk mentukan t_tabel, dilakukan dengan cara menghitung db = n – 1 = 15 – 1 = 14 dengan taraf signifikan α = 5% = 0,05, kemudian dilihat pada daftar tabel t_tabel untuk db = 14 dan signifikan 5% maka t_tabel = 1,761.

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti terapi dengan menggunakan model pembelajaran PJBL, terjadi peningkatan kemampuan belajar tari dengan iringan musik minat belajar siswa laki-laki pada kelas VIII 5 SMPN 15 Bandung dengan nilai t_hitung sebesar 10 lebih besar dari t_tabel sebesar 1,761 yang berarti H_1 diterima, dan H_0 ditolak.

KESIMPULAN

Project based learning dalam pembelajaran iringan musik mampu meningkatkan minat tari pada siswa laki-laki dikelas VIII 5 SMPN 15 Bandung, Hipotesis diterima dibuktikan dengan angka yang menaik dalam penelitian. Dari paparan dan hasil analisis temuan yang telah dipaparkan, dapat diambil beberapa kesimpulan. Antusiasme siswa terhadap pembelajaran seni tari sebelum penerapan sangat minim, hal ini terkonfirmasi dengan hasil pre-test yang sangat rendah, yaitu siswa memperoleh nilai rata-rata di bawah standar kelulusan. Proses untuk meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran seni tari telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Mereka menunjukkan antusiasme dan keterlibatan yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran seni tari dengan iringan musik, minat siswa pun mengalami peningkatan dan setelah ditenerapkan terlihat pada perubahan yang signifikan dalam minat belajar siswa, yang terbukti dengan mencapai nilai siswa yang memenuhi standar kelulusan. Ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran PJBL dapat menjadi salah satu opsi yang efektif dalam meningkatkan minat belajar siswa. Peneliti merekomendasikan sebagai panduan bagi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa laki-laki menggunakan model project based learning. Penelitian ini dapat dijadikan sumber dan masukan bagi guru untuk menginspirasi dan mendorong siswa dalam belajar tari melalui iringan musik agar siswa dapat tertarik dalam pembelajaran.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini tidak akan terlaksana dan mencapai hasil yang luar biasa tanpa keterlibatan dan dukungan penuh dari berbagai pihak, Terima kasih yang tak terhingga atas upaya dan dedikasi dalam menjalankan penelitian ini terutama kepada SMP Negeri 15 Kota Bandung, khususnya Program Studi Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia.

REFERENSI

Budiman. k, A. (2003). Membentuk Karakter Kreatif : Bergerak Melalui Stimulus Permainan Tradisional., 11(2), 128–134.

Hanna, J. L. (1988). Dance, sex, and gender: Signs of identity, dominance, defiance, and desire. University of Chicago Press.

Hardini, Isriani dan Puspitasari, dewi. (2012). Strategi Pembelajaran Tepadu. Yogyakarta: FAMILIA.

Komalasari, H., Budiman, A., Masunah, J., &, & Sunaryo, A. (2021). Desain Multimedia Pembelajaran Tari Rakyat Berbasis Android Sebagai Self Directed Learning Mahasiswa Dalam Perkuliahan. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 36(1), 96–105.

Mahendra, A. (2007). Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK UPI.

Masunah, Juju. Tati Narawati. (2003). Tari pendidikan: Metodologi Pengajaran Tari di sekolah," Dalam Seni dan Pendidikan Seni Pengembangan (P4ST) UPI.

Novack, C. J. (1990). Sharing the dance: Contact improvisation and American culture. Univ of Wisconsin Press.

Sabri, M. Alisuf. 1995. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya).

Sekarningsih, Frahma dan Rohayani, Heny. (2006). Pendidikan Seni Tari dan Drama. Bandung: UPI Press.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo, A., Narawati, T., Masunah, J., & Nugraheni, T. (2020). Concept of Children’s Dance Composition Based Traditional Games in Elementary School. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 6(1).




DOI: https://doi.org/10.17509/ringkang.v3i02.59132

Refbacks

  • There are currently no refbacks.