Potret Paguron Satria Awi Koneng Maung Bodas di Kota Sukabumi (1996-2018)

Suci Hariang Kencana, Ayi Budi Santosa

Abstract


The primary problem research is how the Paguron Satria Awi Koneng Maung Bodas can develop in the City of Sukabumi. The researcher investigates the problem using the historical method, which includes four steps of historical research: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The background of the establishment of Paguron is motivated by the socio-cultural conditions of the City of Sukabumi, which want a distinctive culture and independent guidance for its people. This Paguron was originally exclusive because it was part of the endurance skill of a Dhikr Assembly called the Majelis Dzikir Aurod Bashorun Fuadun. It is then developed into a container that houses martial arts, Bola Leungeun Seuneu & Ngagotong Lisung, to become an art icon in the City of Sukabumi. In addition to opening branches in several regions, coaching is an intraculcular part of the Al-Fath Islamic Boarding School. As a forum born in a religious environment, this art contains much Islamic da’wah. Paguron activity has succeeded in increasing its existence not only in Sukabumi City but also nationally and internationally in the 2018 ASIAN Games Torch Relay event held in Jakarta. Activities organized by Paguron have an impact on the lives of the people of Sukabumi City in the social and cultural fields, including empowering the community’s culture in art activities as a means of tourism and education.

Keywords : Paguron Satria Awi Koneng Maung Bodas, self-defense, art and culture, Sukabumi City.



Abstrak

Penelitian ini berjudul “Potret Paguron Satria Awi Koneng Maung Bodas di Kota Sukabumi (1996-2018)”. Permasalahan utama yang dikaji adalah bagaimana Paguron Satria Awi Koneng Maung Bodas dapat berkembang di Kota Sukabumi. Permasalahan itu peneliti kaji dengan menggunakan metode historis yang meliputi empat langkah penelitian sejarah yaitu, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa latarbelakang berdirinya paguron dilatarbelakangi oleh kondisi sosial budaya Kota Sukabumi yang menginginkan adanya suatu ciri khas budaya dan pembinaan secara mandiri untuk masyarakatnya. Paguron ini awalnya bersifat eksklusif karena merupakan bagian dari kegiatan ilmu ketahanan tubuh sebuah Majelis Dzikir bernama Majelis Dzikir Aurod Bashorun Fuadun. Kemudian berkembang menjadi wadah yang menaungi ilmu bela diri pencak silat, kesenian Bola Leungeun Seuneu & Ngagotong Lisung hingga menjadi ikon kesenian di Kota Sukabumi. Bentuk pembinaannya selain membuka cabang di beberapa daerah, juga menjadi bagian intrakulikuler di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath. Sebagai wadah yang lahir dilingkungan religius, kesenian ini banyak mengandung dakwah Islam. Kegiatan paguron berhasil meningkatkan eksistensi tidak hanya di Kota Sukabumi tetapi menasional dan go internasional dalam event Torch Relay ASIAN Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta. Kegiatan yang diselenggarakan oleh paguron berdampak pada kehidupan masyarakat Kota Sukabumi dalam bidang sosial dan budaya, antara lain memberdayakan budaya masyarakat dalam kegiatan seni sebagai sarana wisata dan pendidikan.


Keywords


Paguron Satria Awi Koneng Maung Bodas, Bela diri, Seni Budaya, Kota Sukabumi.

Full Text:

PDF

References


Abdurahman, D. (2007). Metodologi penelitian sejarah. ArRuz Media.

Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi. (2019). Kota sukabumi dalam angka 2019:sukabumi municipality in figures. Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi.

Ekadjati, E. S. (2005). Kebudayaan sunda suatu pendekatan sejarah jilid i. PT. Dunia Pustaka Jaya.

Firmansyah, I. (2017). Kota sukabumi: menelusuri jejak masa lalu. Sukabumi: Soekaboemi Heritage.

Ismaun. (2005). Pengantar belajar sejarah sebagai ilmu dan wahana pendidikan. Historia Utama Pers.

Izmi, R. (2013). Konsep paguron ki hadjar dewantara dalam taman siswa 1922-1945. [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Koentjaraningrat. (2009). Ilmu antropologi. PT Rineka Cipta.

Purwasih & Kusumantoro. (2018). Perubahan sosial. Klaten: Cempaka Putih.

Rosana, E. (2011). Modernisasi dan perubahan sosial. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 7(1), 46-62.

Santoso, B. (2006). Ketahanan budaya melalui kesenian dalam wujud prinsip aransemen musik anak (cultural endurance through art in shape of children music arangement principles). Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 7(1).

Sjamsuddin, H. (2012). Metodologi sejarah. Penerbit Ombak.

Wawancara dengan Dewa Bezana sebagai seorang Praktisi Seni serta pemilik Sanggar Seni Soerawoeng di Kota Sukabumi (46 tahun) 3 Februari 2020 di Sanggar Seni Soerawoeng, Perum Taman Asri C7 No. 6, Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Wawancara dengan Hendi Suhendi merupakan masyarakat sekitar sekaligus sekretaris RT. 9/15 (48 tahun) 2 Februari 2020 di Perum Gading Kencana Asri, Kelurahan Karang Tengah Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Wawancara dengan Irman Firmansyah sebagai pengurus Komunitas Soekaboemi Heritage (42 tahun) 2 Februari 2020 di Jalan Baru Sukaraja, Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kota Sukabumi, Jawa Barat.




DOI: https://doi.org/10.17509/factum.v11i2.24481

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Suci Hariang Kencana

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.