Potensi Peninggalan Arkeologi Benteng Orange di Gorontalo Utara debagai Sumber Belajar Sejarah Lokal
Abstract
Orange Fort in North Gorontalo is an archaeological heritage site with significant historical value, yet its potential as a learning resource has not been fully explored. This study aims to analyze the potential of Orange Fort as a source for local history learning and to formulate appropriate strategies for its integration into history education at the senior high school level. This research employs a literature review method by collecting and examining relevant sources on historical heritage, history pedagogy, and cultural site utilization. The collected data were then analyzed to determine the relevance of the fort’s historical content to the history curriculum and its possible applications in classroom practice. The findings reveal that Orange Fort holds strong potential as a local history learning resource and can be integrated into various pedagogical approaches, such as field trips, digital learning media development, and student research projects. Utilizing the fort as a learning source not only enriches historical content but also enhances students’ historical awareness, critical thinking skills, and sense of nationalism. Furthermore, the sustainable use of this site requires proper conservation and management efforts. Therefore, collaboration among government agencies, educators, academics, and local communities is essential to preserve and develop Orange Fort as a meaningful and sustainable educational resource for local history learning. This study contributes to the discourse on place-based history education and highlights the importance of integrating cultural heritage sites into the formal curriculum.
Abstrak
Orange Fort di Gorontalo Utara merupakan tinggalan arkeologis yang memiliki nilai historis penting dan berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal. Namun, pemanfaatannya dalam konteks pendidikan masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi Orange Fort sebagai sumber belajar sejarah lokal serta merumuskan strategi pemanfaatannya dalam pembelajaran sejarah di sekolah menengah. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan menghimpun berbagai literatur mengenai sejarah benteng, pembelajaran sejarah, dan pemanfaatan situs budaya. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengkaji relevansi konten sejarah benteng dengan kurikulum sejarah serta bentuk implementasinya dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orange Fort dapat dijadikan sumber belajar melalui berbagai model pembelajaran, seperti kunjungan lapangan (field trip), pengembangan media digital berbasis situs sejarah, dan proyek penelitian siswa. Pemanfaatan benteng sebagai sumber belajar tidak hanya memperkaya materi sejarah lokal, tetapi juga meningkatkan kesadaran sejarah, keterampilan berpikir kritis, serta menumbuhkan rasa nasionalisme siswa. Selain itu, pemanfaatan situs memerlukan strategi pelestarian dan pengelolaan yang tepat agar keberlanjutannya terjaga. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, pendidik, akademisi, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjadikan Orange Fort sebagai sumber belajar sejarah lokal yang edukatif, kontekstual, dan berkelanjutan.
Keywords
References
Anwar, S. (2024). Pendidikan multikultural dalam pembelajaran sejarah lokal. Maharsi: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sosiologi, 6(1), 1–13. https://doi.org/10.33503/maharsi.v6i1
Baga, M., Muhammad, F., & Mahmud, M. (2022). Membangkitkan desa wisata sejarah melalui pembelajaran bahasa Inggris di lokasi Benteng Orange, Kwandang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Membangun Negeri, 6(1), 168–182. https://doi.org/10.35326/pkm.v6i1.1761
Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo. (2014). Benteng Orange Gorontalo. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/benteng-orange_gorontalo/
Chatterjee, H., & Hannan, L. (2016). Engaging the senses: Object-based learning in higher education. Routledge.
Darma, S., Monang, S., & Muchsin, K. (2024). Upaya masyarakat Muslim menjaga identitas sejarah melalui pemeliharaan bangunan bersejarah di Sei Glugur, Kabupaten Deli Serdang. Local History & Heritage, 4(2), 142–150. https://doi.org/10.57251/lhh.v4i2.1519
De Nardi, S. (2017). The poetics of conflict experience: Materiality and embodiment in Second World War Italy. Cultural Geographies, 24(3), 393–409. https://doi.org/10.1177/1474474016664254
Dhita, A. N. (2023). Museum without wall: Sejarah publik kreatif di Palembang (2017–2022). HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 6(1), 63–72. https://doi.org/10.17509/historia.v6i1.58094
Fahrezi, M. S., Aulia, P. A., & Santoso, G. (2023). Membela tanah air dengan segenap jiwa: Peran dan tanggung jawab generasi muda dalam menjaga kedaulatan dan kepentingan bangsa. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(2), 391–404. https://doi.org/10.9000/jpt.v2i2.382
Fitriyah, L., & Hajar, I. I. (2024). Omah Piwulangan Sasmitho sebagai aset warisan budaya pelestarian gamelan di Desa Klotok Plumpang Tuban Jawa Timur. Konferensi Nasional Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam, 1, 967–978.
Halbwachs, M. (1992). On collective memory. University of Chicago Press.
Halim, A., Mukhlisi, M., & Matroni, M. (2025). Historisitas tradisi Pohon Nangker dalam mempertahankan identitas budaya lokal di Desa Gapura Tengah. J-CEKI: Jurnal Cendekia Ilmiah, 4(2), 109–126. https://doi.org/10.56799/jceki.v4i2.7329
Hartati, U. (2020). Cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah lokal. Diakronika, 20(2), 143–151. https://doi.org/10.24036/diakronika/vol20-iss2/155
Ho, L. C., & Seow, T. (2017). Teaching history in a time of crisis: Historical literacy and the construction of national identity. Curriculum Journal, 28(4), 464–482. https://doi.org/10.1080/09585176.2017.1369132
Hou, J. (2020). Cultural heritage and identity formation in education: A global perspective. International Journal of Heritage Studies, 26(10), 987–1003. https://doi.org/10.1080/13527258.2020.1731114
Ikhsan, K., Firmansyah, D., Alif, M., & Muhsin, M. (2025). Tradisi Ngabungbang pada masyarakat Sunda: Studi living hadis pada tradisi Ngabungbang di Kampung Pendeui Ciomas Serang. Jurnal Penelitian Multidisiplin Bangsa, 1(8), 904–912. https://doi.org/10.59837/jpnmb.v1i8.174
Indrawati, M., & Sari, Y. I. (2024). Memahami warisan budaya dan identitas lokal di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS, 18(1), 77–85. https://doi.org/10.21067/jppi.v18i1.9902
Kholiq, M. (2022). Analisa strategi mengembangkan bahan ajar untuk memahami pembelajaran mata pelajaran sejarah lokal. JESS: Jurnal Education Social Science, 2(1), 12–23. https://doi.org/10.21274/jess.v2i1.6089
Lane, J. (2020). Place-based education and historical inquiry: Developing critical historical consciousness. Teaching and Teacher Education, 95, 103133. https://doi.org/10.1016/j.tate.2020.103133
Naibaho, N. K., Sayekti, R., & Yasmin, N. (2024). Pelestarian makam Islam tua Raja-Raja Sorkam Tapanuli Tengah. Mutiara: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah, 2(6), 216–235. https://doi.org/10.59059/mutiara.v2i6.1931
Nasution, A. F. (2023). Metode penelitian kualitatif. Harfa Creatif
Santoso, G., Karim, A. A., & Maftuh, B. (2023). Kajian integrasi nasional dalam NKRI Tidak Dapat Diubah dan Sumpah Pemuda Indonesia Abad 21. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(1), 270–283. https://doi.org/10.9000/jupetra.v2i1.139
Seixas, P., & Morton, T. (2013). The Big Six: Historical thinking concepts. Nelson Education.
Smith, G. A. (2013). Place-based education: Practice and impacts. Journal of Environmental Education, 44(1), 1–15.
Taylor, T. (2018). Using heritage sites to teach historical thinking skills. Journal of Curriculum Studies, 50(2), 206–223. https://doi.org/10.1080/00220272.2017.1305078
Voogt, J., & Roblin, N. P. (2012). A comparative analysis of international frameworks for 21st century competences. Journal of Curriculum Studies, 44(3), 299–321.
Witcomb, A., & Buckley, K. (2015). Engaging the public through heritage: Participatory practices and dialogical learning. International Journal of Heritage Studies, 21(1), 81–99. https://doi.org/10.1080/13527258.2014.884014
Wicaksana, H., Jauhari, N., & Sulistyo, W. D. (2021). Pengembangan media JESIAMAR (Jelajah Situs Mata Air) di Kota Batu untuk pembelajaran sejarah lokal era 4.0 berbasis foto 360 di kelas X SMA Negeri 02 Batu. Cakrawala: Jurnal Pendidikan, 15(1), 64–78. https://doi.org/10.24905/cakrawala.v15i1.269
Wiyanarti, E., Supriatna, N., & Winarti, M. (2020). Pengembangan sejarah lokal sebagai sumber pembelajaran sejarah yang kontekstual. FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 9(1), 67–74. https://doi.org/10.17509/factum.v9i1.21666
Yahya, Z. L., Siola, A., & Arifuddin, A. (2021). Pengembangan kawasan Benteng Orange sebagai wisata edukasi di Kabupaten Gorontalo Utara dengan pendekatan arsitektur humanis. Venustas, 1(1), 46–53. https://doi.org/10.37195/venustashome.v1i1.71
Zidah, A. A., & Afandi, A. N. (2025). Relevansi situs Candi Mirigambar sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal di Kabupaten Tulungagung. Journal of Innovation and Teacher Professionalism, 3(1), 84–92. https://doi.org/10.17977/um084v3i12025p84-92
DOI: https://doi.org/10.17509/factum.v14i2.80338
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2025 Universitas Pendidikan Indonesia

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.



