Hiburan Warga Kota: Bioskop Di Semarang Tahun 1950-1964
Abstract
Pada awal abad ke-20 bioskop merupakan suatu yang masih asing bagi masyarakat kota di Indonesia. Sebagai hiburan, bioskop hanya dinikmati oleh orang-orang Belanda dan penduduk yang mempunyai status sosial atas. Tiga puluh tahun kemudian bangunan-bangunan untuk bioskop mulai berdiri antara lain City Theater, Oost Java Biosc, Djagalan Bioscoop, Luna Theater dan Royal Theater . Keberadaan gedung-gedung bioskop ini menggambarkan bahwa bioskop sudah hadir di Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika bioskop di Kota Semarang pasca pengakuan akurasi, dan alasan masyarakat menonton bioskop, ganre yang populer tahun 1950-1964, hingga peristiwa penyerbuan bioskop Semarang tahun 1964. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan historiografi. Melalui penelitian sejarah diketahui bahwa bioskop Kota Semarang pasca pengakuan akurasi mulai mengalami perkembangan dengan munculnya bioskop-bioskop baru, dan masuknya film impor yang menarik perhatian masyarakat untuk datang menonton, hingga adanya aksi pemboikotan film impor karena dianggap membawa pengaruh buruk.
Keywords
References
Arsip
Anri. Kementrian Kompartimen Hubungan dengan Rakyat (Menko Hubra) 1963- 1966.
Surat Kabar
“Nieuwe Bioscoop te Semarang”, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 02 Juni 1933.
“Bioscoopgebouw GRAND”, De Locomotief, 21 Februari 1940.
“Nieuwe bioscoop „Garuda„ „Reuzen“- theater voor Semarang”, De Locomotief, 06 November 1951
“Pertundjukan Bioskoop”, Suara Merdeka, Jumat 21 Agustus 1953.
“Geen bioscoopvoorstel-lingen in Semarang”, Java-bode, 29 Mei 1953.
“Barbe Bleue”, De Locomotief, 29 juni 1953.
“Kartjis Bioskop kan Naik? Dapatkan Harga Kartjis Sekarang Ini Dipertahankan”, Suara Merdeka, Kamis 19 Maret 1953.
“Pemutaran Film”, Suara Merdeka, 29 Januari 1954 “Djangan Memperlihatkan Poster2 Adegan2 jg Tidak Terdapat dlm Film Jang Diputar”, Suara Merdeka, Selasa 3 Februari 1954.
“Kartjis Bioskoop akan diberi Nomer”, Suara Merdeka, Sabtu 26 Juni 1954
“Pemogokan Buruh Bioskop Selesai Rex, Metropole dan Orion putar film lagi”, Suara Merdeka, Kamis 28 Januari 1954.
“Bioskoop “Metropole” Akan Dibeli Oleh Jajasan Gris?”, Suara Merdeka 29 Januari 1954.
“Bioskop Semarang Akan Diperlengkapi Dengan “Cinemascope””, Suara Merdeka, 25 Januari 1954.
“City Concern Cinemas”, Suara Merdeka, 19 Maret 1954.
“BIOSKOP GRIS”, Suara Merdeka, 21 Mei 1954.
“Bioscoop- staking in Semarang”, De Vrijf Pers: ochtendbulletin, 26 januari 1954.
“Ide Untuk Menaikan Kartjis Bioskoop”, Suara Merdeka, 27 Maret 1956.
“Pembuatan Slides Bioskoop Dg Technikolor Film”, Suara Merdeka, 07 Februari 1956
“O.P.S. Bioskop Swasta Kota Semarang Mempersembahkan hari ini:”, Suara Merdeka, Senin 13 Mei 1963.
“Intenfiskan aksi pemboikotan film imperialis AS”, Kedaulatan Rakyat, 30 Mei 1964.
Wawancara
Bapak Tarcisius Sudarisman, 25 Februari 2025.
Buku dan Artikel
Adam, R. (2022). Dampak Pergeseran Tayangan Film di Indonesia terhadap Audiens (Studi Kasus Pergeseran Tayangan Film Bioskop Menjadi Format Web Series di Media Online pada Masyarakat Kota Kediri). INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI.
Adelia, R. (2021). Genre Perfilman Di Indonesia Tahun 1950-1965. Universitas Lampung.
Adiatama, M. R. (2022). Bioskop dan Masyarakat Kota Palu, 1950-1998. Manaqib, 1(1), 57–75.
Agus Wijayati, P. (2009). Research Arsip dan Bahan Pustaka. Unesa University Perss.
Agustin, N., Ismawati, D. A., & Fauziah, M. (2023). Membuka Pintu Hiburan di Era Kolonial: Sejarah Perkembangan Bioskop di Batavia, 1900-1942. Warisan: Journal of History and Cultural Heritage, 4(1), 27–37. https://doi.org/10.34007/warisan.v4i1.1816
Arief, C. (2019). Matinya Bioskop Lokal (Studi kasus Bioskop Permata, Yogyakarta 1970-1990). Cakrawala Jurnal Penelitian Sosial, 8(2), 125–144. https://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/view/3186%0Ahttps://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/download/3186/1603
Batubara, T. (2020). Memutar Sejarah “Gambar Idoep” Masa Silam: Industri Perfilman dan Dampaknya di Medan pada Era Kolonial Belanda sampai Orde Baru. Warisan: Journal of History and Cultural Heritage, 1(1), 14–19. https://doi.org/10.34007/warisan.v1i1.165
Biran, M. Y. (2009). Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa. Komunitas Bambu.
Budiarto, G. (2021). Media Poster Dan Film Sebagai Instrumen Propaganda Militer Jepang Di Indonesia 1942-1945. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 11(1), 35. https://doi.org/10.25273/ajsp.v11i1.6206
Colombijn, F., & Coté, J. (2014). Modernization of the Indonesian city, 1920-1960. Brill, 1–351. https://doi.org/10.1163/9789004280724
Corkery, C. (2024). Tren: dari Bioskop hingga Netflix: Layanan Streaming Akan Tetap Ada. The Dartmouth. https://www.thedartmouth.com/article/2022/10/trends-streaming-services
Danishya, D. D. (2021). Pasang Surut Bioskop di Jakarta 1950-1986. Universitas Negeri Jakarta.
Efrianto, E. (2019). PERKEMBANGAN BIOSKOP DI KOTA PRABUMULIH 1950 – 2000. JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA, 5(1). https://doi.org/10.36424/jpsb.v5i1.36
Fahmi, M. F. Y., & Aji, R. N. B. (2022). Dinamika Perfilman Indonesia Tahun 1940-1966. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 12(3). https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/48128/40180
Fitriani, A. D. (2017). Perkembangan Bioskop Di Kota Semarang Tahun 1980-1998. Universitas Negeri Semarang.
Herlinawati, Ulumudin, I., Fujianita, S., & Widiputera, F. (2020). PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERFILMAN INDONESIA. Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id
Heru, E. (2014). Bioskop Keliling Peranannya dalam Memasyarakatkan Film Nasional. Patanjala, 6(2), 285–300.
Huzelmi, M., Erawati, M., & Yulia, R. (2022). PERFILMAN DI INDONESIA TAHUN 1950-1965. 7(2), 257–265.
Jauhari, H. (1992). Layar Perak 90 Tahun Bioskop di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Luwes, U. H. G. (2010). SEJARAH PERKEMBANGAN BIOSKOP DI SURAKARTA. Universitas Sebelas Maret.
Nur, C., & Ravico. (2021). Stusi Historis Politik Luar Negeri Indonesia-Malaysia Tahun 1963-1966. Danandyaksa Historica, 1(1).
Pramesti, W. (2023). Media Streaming Digital, Alternatife Ruang Tayang Film. IKONIK : Jurnal Seni dan Desain, 5(1), 52. https://doi.org/10.51804/ijsd.v5i1.2060
Prameswari, A. K. D., Jauhari, N., & Leksana, G. (2022). Praktik percaloan tiket film di Bioskop Surabaya tahun 1950-an - 1970-an. Historiography, 2(3), 310. https://doi.org/10.17977/um081v2i32022p310-322
Putri, H. W. A. W. (2015). Perkembangan Bioskop di Surabaya Tahun 1950 – 1985. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 3(3), 487–494.
Rizky, M. Y., & Stellarosa, Y. (2019). Preferensi Penonton Terhadap Film Indonesia. Communicare : Journal of Communication Studies, 4(1), 15. https://doi.org/10.37535/101004120172
Ruppin, D. (2017). The emergence of a modern audience for cinema in colonial Java. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 173(4), 475–502. https://doi.org/10.1163/22134379-17304014
Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada.
Syafi’i, R. A. (2017). Dinamika Perbioskopan Kota Magelang Masa Kolonial Hingga Kemerdekaan Tahun 1920-1960. Semantic Scholar.
Tio, J. (2000). Kota Semarang Dalam Kenangan (Cetakan Ke). Sinar Indonesia.
Tjasmani, HM. J. (2008). 100 Tahun Sejarah Bioskop di Indonesia. PT.Megindo Tunggal Sejahtera.
Wijayati, P. A. (2019). Kekerasan dan Kriminalitas di Kota Semarang: Antara Negara Kolonial dan Otoritas Lokal. Jurnal Al-Qalam, 25(3), 591–602.
Yusa Biran, M. (2009). Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Film Indonesia. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga.
DOI: https://doi.org/10.17509/factum.v14i1.81267
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2025 Factum: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


