Respon Indonesia terhadap Krisis Pangan Global Pada 2007-2008

Eko Wahyu Junaidi, Nugra Irianta Denashurya, Singgih Atmojo, Fathimah Dayaning Pertiwi, Dimas Aldi Pangestu

Abstract


The 2007-2008 global food crisis was triggered by a convergence of factors, including rising energy prices, climate change, renewable energy initiatives, and export restrictions that heightened instability in food markets. In Indonesia, this crisis significantly impacted domestic food prices, with rice prices increasing by more than 40%, worsening socio-economic conditions, particularly among the impoverished population. In response, the Indonesian government implemented rice import policies, launched food subsidies through the Raskin program, and promoted food diversification to reduce dependence on rice. While these measures have been effective in alleviating immediate effects, ongoing structural challenges related to import dependence and food distribution require comprehensive, long-term solutions to enhance domestic food security. Furthermore, the policies enacted must undergo continuous evaluation to ensure the sustainability of food security and equitable distribution in the future. In this context, collaboration between government entities and the public is crucial for building a more resilient food system. Dependence on food imports must be reduced through agricultural innovation and the adoption of more inclusive policies.

Keywords: Food Crisis, Indonesia, Rice Imports, Food Subsidies, Food Security.

 

Abstrak

Krisis pangan global 2007-2008 dipicu oleh pertemuan faktor-faktor termasuk kenaikan harga energi, perubahan iklim, inisiatif energi terbarukan, dan pembatasan ekspor yang meningkatkan ketidakstabilan di pasar pangan. Di Indonesia, krisis ini telah sangat mempengaruhi harga pangan domestik, dengan harga beras meningkat lebih dari 40%, sehingga memperburuk kondisi sosial ekonomi, terutama di kalangan penduduk miskin. Sebagai tanggapan, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan impor beras, meluncurkan subsidi pangan melalui program Raskin, dan mempromosikan diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Meskipun langkah-langkah ini telah efektif dalam mengurangi efek langsung, tantangan struktural yang terus-menerus terkait dengan ketergantungan impor dan distribusi pangan memerlukan solusi jangka panjang yang komprehensif untuk meningkatkan ketahanan pangan domestik. Selanjutnya, kebijakan yang diberlakukan harus menjalani evaluasi berkelanjutan untuk memastikan keberlanjutan ketahanan pangan dan distribusi yang adil di masa depan. Dalam hal ini, kolaborasi antara entitas pemerintah dan publik sangat penting untuk membangun sistem pangan yang lebih kuat. Ketergantungan pada impor pangan harus dikurangi melalui inovasi pertanian dan adopsi kebijakan yang lebih inklusif.

Kata kunci: Krisis Pangan, Indonesia, Impor Beras, Subsidi Pangan, Ketahanan Pangan.

 


Keywords


Histori, history learning

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.17509/factum.v14i1.81826

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 Factum: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.