KAJIAN ARSITEKTURAL DAN MAKNA FILOSOFIS PADA ARSITEKTUR GEREJA SANTA MARIA DE FATIMA TOASEBIO JAKARTA

Luciana Fardila Pratiwi

Abstract


Perkembangan arsitektur Tionghoa di Nusantara bersumber dari kedatangan bangsa Tionghoa ke wilayah ini, terutama pada abad ke-14. Interaksi antara bangsa Tionghoa dan Belanda di wilayah Jawa, terutama selama masa VOC, membentuk pola kerjasama yang awalnya menguntungkan, namun kemudian berujung pada konflik, termasuk pembantaian terhadap etnis Tionghoa pada tahun 1740. Sebagai respons terhadap pembantaian ini, kawasan Pecinan Glodok muncul sebagai pusat kegiatan komunitas Tionghoa, dengan pola pemukiman yang menggabungkan elemen arsitektur Tionghoa dan Belanda. Inkulturasi budaya antara Tionghoa dan Nusantara tercermin dalam pola masyarakat dan arsitektur, termasuk pembangunan gereja seperti Santa Maria de Fatima. Gereja ini, awalnya rumah tinggal, menjadi simbol keberagaman budaya dengan gaya arsitektur Tionghoa yang menggabungkan fungsi liturgis, ekspresi seni, dan nilai keagamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komponen arsitektur gereja Santa Maria de Fatima dan hubungannya dengan makna filosofis dalam bangunan tersebut.

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.17509/jaz.v7i3.71515

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 Luciana Fardila Pratiwi

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.