Philosophy of the Colonial Building of the Bandung City History Museum

jati wirahma sakti

Abstract


Gedung Museum Sejarah Indonesia yang terletak di Jalan Aceh Bandung memiliki tema arsitektur Indisch Style, dimana ini merupakan bangunan kolonial Belanda. Gedung ini telah mengalami perubahan peruntukan penggunaan dari masa ke masa. Pada awal berdiri nya, gedung ini merupakan bangunan freemanson yang diperuntukan untuk Sekolah Taman Kanak-kanak, Bangunan Taman Kanak-kanak ini bukan bangunan utama dari freemanson tersebut, bangunan utama dari taman kanak-kanak tersebut terletak di belokan jalan Aceh dengan jalan wastukencana, yang sekarang telah menjadi mesjid besar. Bangunan mesjid itu dahulu nya adalah pusat dari freemanson itu sendiri tapi telah di hancurkan, dan menjadi mesjid seperti sekarang ini. Bangunan museum sejarah ini berubah dari masa ke masa, setelah sekolah taman kanak-kanak bangunan ini berubah menjadi Sekolah Yahja, lalu setelah itu diambil alih pemerintah Indonesia dan di hibahkan ke kantor provinsi, sehingga dijadikan Kantor Dispora, setelah itu baru dijadikan Museum Sejarah Kota Bandung. Posisi bangunan ini meangikuti filosofi Bandung jaman dahulu yang terpengaruh oleh sejarah kearifan lokal kota Bandung, dimana masyarakat jaman dahulu sangat menghormati alam, dikala itu masyarakat setempat memberikan penghormatan khusus ke gunung-gunung di sekitar wilayah Bandung, maka bangunan-bangunan awal yang berdiri di kota Bandung menghadap Utara dan Selatan, untuk menghormati gunung-gunung tersebut, seperti bangunan ITB, Gedung Sate, Balai Kota, dan Museum Bandung ini juga menghadap posisi yang sama.


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.17509/jaz.v8i1.78421

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 jati wirahma sakti

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.