RABAB PASISIA SELATAN DI MINANGKABAU DI AMBANG KEPUNAHANNYA

Silvia Rosa

Abstract


Barabab adalah suatu bentuk pertunjukan seni tradisi yang menyampaikan cerita kaba oleh seorang atau dua orang penampil dengan diiringi oleh permainan alat musik rabab (semacam alat musik gesek yang mirip biola). Pertunjukan Barabab berlangsung semalam suntuk. Biasanya pertunjukkan Barabab dihadirkan sebagai salah satu bentuk bungo alek (hiasan keramaian) dalam sebuah acara, baik perkawinan, perayaan atau peresmian peristiwa-peristiwa penting dalam masyarakat adat di Minangkabau. Permasalahannya kini adalah realitas pewarisan seni pertunjukkan Barabab, Pewarisan aktif keterampilan mempertunjukkan seni tradisi Barabab tidak berlangsung baik dan berkesinambungan dari si pewaris aktif kepada generasi berikutnya.Penampil Barabab adalah pria-pria tua yang sudah berumur di atas 55 tahun dan atau lebih. Lalu bagaimana bila pewarisan tidak berlangsung lurus secara berkesinambungan dari generasi tua kepada generasi muda berikutnya. Tentu saja seni tradisi Barabab akan tinggal kenangan dan nama saja, berganti dengan corak musik Barat yang cenderung lebih diminati oleh generasi muda kini, misalnya organ tunggal dan sejenisnya. Kerisauan akan kepunahan seni tradisi Barabab ini sudah patut direncanakan tindakan penyelamatannya. Salah satu upayanya adalah dengan mencanangkan secara aktif untuk belajar budaya, khususnya belajar seni tradisi pertunjukan Barabab yang telah menjadi ikon seni pertunjukan penting di Pesisir Selatan.Upaya ini penting dilakukan secara terorganisir antara pemerhati budaya (perguruan tinggi) dengan Pemerintah Daerah Pesisir Selatan. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk membangun ruang atau tempat untuk belajar budaya, terutama seni Barabab, tindakan urgen untuk dirintis dan dikembangkan ke depan, dan sejak kini.

ABSTRACT

 

Barabab is a form of traditional art performances that convey kaba story by one or two performers that are accompanied by rabab musical instrument (a kind of stringed instrument similar to a violin). The Barabab show lasted all night long. Usually Barabab shows are presented as a form of bungo alek (ornament of the crowd) in an event, whether marriage ceremony, celebration or inauguration of important events in indigenous peoples in Minangkabau. In the reality there is problem that Barabab active inheritance of Barabab's performing arts skills does not go well and sustain from the active performers to other generation. Barabab performers are old men over the age of 55. If the inheritance is not sustainable from older generation to other generation, the Barabab tradition will be extinct. One of the efforts to actively promote the learning of culture, especially learning the art of tradition of Barabab show which has become an icon of important performing arts in South Coastal of Minangkabau. The effort is important to be done in an organized manner between cultural observers (universities) and the South Coastal Government. There is a crusial needs of government decision and policies to build space or place to learn culture, especially Barabab art.


Keywords


barabab; kepunahan; pewarisan; dan revitalisasi; Barabab; extinction; inheritance; and revitalization

Full Text:

PDF

References


Amir, Adriyetti dkk.1998. Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau.Jakarta : ATL.

Dananjaya, James. 1991 (cet.ke-3).Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta : Graffiti.

Finnegan, Ruth. 1992. Oral Tradition and Verbal Arts : A Guide to Research Practices. London & New York : Rotledge.

Hasanuddin. 2010. “Wacana Manajemen Konflik dalam Ulu Ambekdi Padang Pariaman” Jurnal SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra. Padang: Balai Bahasa (vol.7, No.2, Hal 137-151).

Hutomo, Suripan Sadi. 1989. Penelitian Sastra Lisan : Teori dan Praktek. Surabaya.

Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau : Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta : Balai Pustaka.

Kaplan, David and Albert Manners. 1999. Teori Budaya (terj.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Koentjaraninggrat. 1986.(cet. ke-6).Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.

Lord, Albert B. 1981. The Singer Of Tales. London: Harvard University Press.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Navis, A.A. 1986. Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta:Grafffiti Pers.

Phillips, Nigel. 1981. Sijobang : Sung Narative Poetry of West Sumatera. Cambridge : Cambridge University.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Strauss, Claude- Levi. 1963. Structural Anthropology. New York: Basic Books.

-------------1978. Myth and Meaning. London: Routledge and Paul.

Sweeney, Amin. 1985. Full Hearing : Orality and Literacy in the Malay World.Barkeley: University of California Press.




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v8i1.15969

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 LOKABASA



View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.