Tradisi Babanyo di Kabupaten Bandung Barat untuk Bahan Pembelajaran di SMA

Fachmi Fachrurrofi

Abstract


The purpose of this study is to describe: 1) babanyo tradition in Cihampelas Kabupaten Bandung Barat; 2) semiotic elements contained in the babanyo tradition; and 3) teaching materials to read the articles of babanyo tradition for 12th grade of senior high school. The method used in this study was descriptive method by employing observation, interview, and documentation as its techniques. The data sources in this study were paraji (midwife) and mothers who knew and had carried out babanyo tradition. The results of this study are: 1) a description of the babanyo tradition which includes: conditions, objectives, property and food provided, and the steps in implementing the babanyo tradition, etc .; 2) the semiotic elements contained in  babanyo tradition are amounted to 30, which are the icons consisting of 13 elements, 3 indexes, and  14 symbols. The dominant aspect in this tradition is the symbol, this is due to the signs that included to the symbols have the highest total numbers, compared to the icons and the indexes. The signs are interrelated and have become a unit that forms a tradition; and 3) the results of this study can be used as an alternative learning material for articles reading in 12th grade of senior high school.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan: 1) tradisi babanyo di Kacamatan Cihampelas Kabupatén Bandung Barat; 2) unsur semiotik yang terdapat dalam tradisi babanyo; serta 3) bahan ajar membaca artikel tradisi babanyo di SMA kelas XII. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah paraji (dukun beranak) serta ibu-ibu yang tahu dan pernah melaksanakan tradisi babanyo. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) deskripsi mengenai tradisi babanyo yang mencakup: keadaan, tujuan, properti dan makanan yang disediakan, langkah-langkah dalam pelaksanaan tradisi babanyo, dsb; 2) unsur-unsur semiotik yang terdapat dalam tradisi babanyo berjumlah 30, yang terdiri dari ikon yang terdiri atas 13 unsur, indeks yang berjumlah 3, serta simbol yang berjumlah 14. Aspék yang dominan dalam tradisi ini adalah simbol, hal ini dikarenakan tanda yang termasuk kedalam simbol mempunyai jumlah paling banyak, dibandingkan dengan ikon dan indeks. Tanda-tanda tersebut saling berkaitan serta sudah menjadi satu kesatuan yang membentuk suatu tradisi; dan 3) hasil dari penelitian ini bisa dijadikan alternatif bahan pembelajaran membaca artikel di SMA kelas XII.

Keywords


semiotic; babanyo tradition; learning material reading articles

Full Text:

PDF

References


Danadibrata, R.A. (2009). Kamus Basa Sunda. Bandung. Kiblat Buku Utama.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2017). Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis Kurikulum 2013 Revisi 2017 Jenjang SMA/SMK/MA/MAK. (.pdf)

Haerudin, D. & Kosim K. (2013). Panganteur Talaah Buku Ajar. Bandung. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI.

Haryadi, F. (2013). “Nilai Kearifan Lokal dalam Upacara Adat Ritus Tiwu Panganten di Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon (Analisis Struktural-Sémiotik)”. Lokabasa. 4, (2), 112-121. Tersedia di: http://ejournal.upi.edu/index.php/lokabasa/artikel/view/3133

Isnendes, R. (2010). Teori Sastra. Bandung. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI.

Koswara, D. (2013). Racikan Sastra. Bandung. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI.

Rosari, R.W. (2017). Kamus Seni Budaya. Surakarta: Aksara Sinergi Media.

Rosidi, A. (2000). Ensiklopedia Sunda: Alam, Manusia, dan Budaya, Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi. Jakarta. Dunia Pustaka Jaya.

Ruhimat, dkk. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Satjadibrata, R. (2005). Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Suherman, A. & Nugraha, H.S. (2019). Culture and Citizenship Literacy in Sundanese Children's Literature. Dalam A.G. Abdullah & A.A. Danuwijaya (Peny.). Proceeding Second Conference on Language, Literature, Education, and Culture (ICOLLITE) (hlm, 346-348). Paris: Atlantis Press.

Sobur, A. (2016). Sémiotik Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiana, U., dkk. (2014). Tradisi Ngayun di Kacamatan Rawamerta Kabupaten Karawang (Kajian Struktural-Sémiotik). Lokabasa. 5, (1), 104-110. Tersedia di: http://ejournal.upi.edu/index.php/lokabasa/artikel/view/3166




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v10i1.16931

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 LOKABASA

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.