Unsur Budaya Dalam Cerita Film Cakra Buana Karya Sutradara Massimo Burhanuddin

Revi Dwiyanti, Agus Suherman

Abstract


This research is motivated by the lack of research on film that uses Sundanese language and cultural settings. This study aims to describe the cultural elements that exist in the Cakra Buana film story. The method used in this research is descriptive analysis with document study techniques in the form of artwork. The data source in this study is the story of the film Cakra Buana by director Massimo Burhanuddin. The results of the study include 7 cultural elements, including: language, this film uses Sundanese language and undak usuk basa, knowledge systems are divided based on knowledge about nature and social, social organizations include government systems, how to replace leaders and designations of kinship, technological systems including tools, food, clothing, houses and means of transportation, the livelihood system that is farming, the religious system is still influenced by Hinduism and Buddhism because it uses the word "Sang Hyang" in mentioning the name of God, and there are 2 arts in this film namely music and art motion (traditional dance).


Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya penelitian tentang perfilman yang menggunakan bahasa dan latar budaya Sunda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur budaya yang ada dalam cerita film Cakra Buana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan teknik studi dokumen yang berupa karya seni. Sumber data dalam penelitian ini yaitu cerita film Cakra Buana karya sutradara Massimo Burhanuddin. Hasil penelitian meliputi 7 unsur budaya, diantaranya: bahasa, film ini menggunakan bahasa Sunda serta menggunakan undak usuk basa, sistem pengetahuan dibagi berdasarkan pengetahuan tentang alam dan sosial, organisasi sosial meliputi sistem pemerintahan, cara mengganti pemimpin dan sebutan kekerabatan, sistem teknologi diantaranya perkakas, makanan, pakaian, rumah dan alat transportasi, sistem mata pencahariannya yaitu bercocok tanam, sistem religinya masih ada pengaruh dari ajaran Hindu dan Buddha karena menggunakan kata “Sang Hyang” dalam menyebutkan nama Tuhan, dan kesenian dalam film ini ada 2 yaitu seni musik dan seni gerak.


Keywords


film; cultural elements

Full Text:

PDF

References


Bungin, B. (2015). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Ekadjati, E.S. (2014). Kebudayaan Sunda. Bandung: Pustaka Jaya.

Halim, A. (2017). Makna Ornamen Pada Bangunan Candi Hindu dan Buddha di Pulau Jawa (Era Klasik Tua-Klasik Tengah-Klasik Muda). Jurnal RISA (Riset Arsitektur), 1, II, 170-191. doi: https://doi.org/10.26593/risa.v1i02.2391.170-191.

Imanjaya, E. (2006). A to Z About Indonesian Film. Bandung: Mizan Bunaya Kreativa.

Isnendes, R. (2018). Menulis Skenario. Bandung: Departemen Pendidikan Bahasa Daerah.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Ratna, N.K. (2011). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, J. (2011). Sunda Pola Rasionalitas Budaya. Bandung: Kelir.

Tanpa nama. (2011, 20 Desember). “Budaya Sunda Jarang Diangkat di Film”. Diakses dari https://www.beritasatu.com/budaya/22321-budaya-sunda-jarang-diangkat-di-film.html.

Triyanto. (2014). Pendidikan Seni Berbasis Budaya. Imajinasi: Jurnal Seni, VII, I, 33-42. https://journal.unnes.ac.id/.




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v10i2.21361

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 LOKABASA

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.