Tradisi Ngagedog di Desa Parungseah, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi: Sebuah Kajian Semiotik

Rika Latina Laras

Abstract


Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kegiatan menjaga kandungan yang masih dipertahankan oleh masyarakat serta dilaksanakeun secara turun-temurun dari generasi ke genarasi melalui tradisi. Selain itu, dalam kegiatan ini terdapat proses untuk membenarkan dan menetapkan posisi janin bayi ketika memasuki usia kandungan tujuh bulan, agar kelak bayi yang akan lahir tidak dalam keadaan posisi sungsang. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan 1) rangkaian kegiatan Tradisi Ngagedog, 2) properti dan bahan yang digunakan dalam Tradisi Ngagedog, 3) peran dan fungsi indung beurang dalam Tradisi Ngagedog, 4) unsur semiotik yang terdapat pada Tradisi Ngagedog. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu seluruh kegiatan Tradisi Ngagedog beserta para pelakunya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tradisi Ngagedog merupakan tradisi yang dilaksanakan untuk membenarkan dan menetapkan posisi janin bayi pada usia kandungan tujuh bulan. Tradisi ini hanya bisa dilaksanakan pada tanggal 7, 17, atau 27. Rangkaian kegiatan pada Tradisi Ngagedog disusun oleh pra kegiatan (membuat olahan rujak kanitren, menyiapkan properti kegiatan), inti kegiatan (doa hadiah, memijat, ngagedog, mandi ghoib, memecahkan telur, nyiraman, sawer, memecahkan kelapa, menutupi badan menggunakan sinjang,) dan pasca kegiatan(membagikan rujak kanitren dan membagikan benang beserta jarum). Properti yang digunakan dalam kegiatan ini sebanyak 26 properti di antaranya pisau, gangsoran, halu, lulumpang, sinjang tujuh lembar, dan sebagainya. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini sebanyak 30 bahan di antaranya, delima, bengkuang, honje, gula pasir, dan sebagainya. Peran indung beurang dalam Tradisi Ngagedog sebagai orang yang memimpin berlangsungya kegiatan Tradisi Ngagedog, sedangkan fungsi indung beurang dalam Tradisi Ngagedog sebagai orang yang membenarkan dan menetapkan posisi janin bayi dalam kandungan. Unsur semiotik yang terdapat pada Tradisi Ngagedog yaitu ikon yang berjumlah 3, indeks yang berjumlah 8, dan simbol yang berjumlah 11.


Full Text:

PDF

References


Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.

Biyantari, L. A. (2009). Aspek moral dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis : Tinjauan Semiotik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Danadibrata, R. A. (2015). Kamus basa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Ensiklopedi Sunda Alam, Manusia, dan Budaya termasuk budaya Cirebon dan Betawi. (2000). Jakarta: Pustaka Jaya.

Fachrurrofi, F. (2018). Tradisi babanyo di Kacamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat pikeun bahan pangajaran maca artikel di SMA Kelas XII. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hoed, B. H. (2011). Semiotik & dinamika sosial budaya (Kedua). Jakarta:Komunitas Bambu.

Juwintan. (2017). Analisis semiotik pada adat nujuh bulan di cirebon. Jurnal Ilmiah Indonesia, 2.

Koentjraningrat. (2015a). Kebudayaan mentalitas dan pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjraningrat. (2015b). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta:Rineka Cipta.

Nandang, U., Koswara, D., Kosasih, D. (2013). Simbol-simbol kasenian goong renteng di Desa Cisarua Kacamatan Cisarua Kabupaten Sumedang pikeun bahan pangajaran maca kelas XII (ulikan semiotik). Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Pudentia. (2015). Metodologi kajian tradisi lisan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Putra, B., Suparman, E., Tendean, H. M. M. (2016). Gambaran persalinan letak sungsang di RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado. Jurnal E-Clinic (ECl), 4.

Rahmawati., Putra, Arif Permana., Lestari, Dwi Junian., Saripudin, M. (2020). Ritual budaya selama kehamilan di indonesia sebagai bentuk local wisdom dukungan sosial. Seminar Nasional Pendidikan FKIP, Volume 3, 502–514.

Sibarani, R. (2015). Pendekatan antropolinguistik terhadap kajian tradisi lisan. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1.

Sobur, A. (2009). Semiotika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Bandung.

Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Teng, H. M. B. A. (2017). Filsafat kebudayaan dan sastra (dalam perspektif sejarah). Jurnal Ilmu Budaya, 5.

Wahyuni, N. J. T. (2014). Folklor dina tradisi tujuh bulanan di Kecamatan Cilawu Kab. Garut pikeun bahan pangajaran maca artikel budaya di SMA Kelas XII. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Zulaikha, L.I., Apidianti, S. P. (2017). Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian letak sungsang di BPS Suhartatik wilayah kerja Puskesmas Talang. Sakti Bidadari, 1, 1–7.

Zumita, N. (2011). Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi “Pingit Pengantin”: Studi di Desa Maduran, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan.




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v15i1.74172

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 LOKABASA

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.