MODEL PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL ORIENTASI BUDAYA LOKAL UNTUK PENINGKATAN MUTU LAYANAN BELAJAR

Yanti Shantini

Abstract


Permasalahan  penelitian ini berangkat dari kurangnya profesionalitas pengelolaan pembelajaran pendidikan luar sekolah khususnya penyelengaraan pendidikan keaksaraan fungsional. Tingginya angka drop out, dan kembalinya warga belajar menjadi buta aksara, kekurangan sarana prasaran dan ketidak sesuaian antara kebutuhan program pembelajaran dengan kebutuhan warga belajar adalah persoalan yang sangat menarik untuk dikaji secara mendalam.

Untuk itulah penelitian ini mencoba mengkaji permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran keaksaraan fungsional yang berdasarkan pada analisis bahan ajar, analisis strategi pembelajaran dan analisis evaluasi pembelajaran,  ketiga variabel itu dicoba dianalisis dengan mutu layanan yang diperoleh dan diinginkan warga belajar, dua hal yang menjadi pijakan dalam memahami mutu layanan adalah kepuasan warga belajar dan kompetensi yang dihasilkan warga belajar.

Hasil kajian dan pembahasan hasil penelitin, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya adalah: 1) Program pendidikan keaksaraan fungsional dalam penyelenggaraan dan pengelolaan proses pembelajarannya perlu memperhatikan berbagai faktor di antaranya adalah; budaya lokal di mana warga belajar berada, kebutuhan warga belajar dan keterampilan yang secara fungsional dibutuhkan warga belajar dalam kehidupan sehari-hari. 2) Beberapa faktor yang secara khusus dapat dimatai dari hasil studi ini meliputi, bahan ajar, strategi pembelajaran evaluasi pembelajaran. 3) Model yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah akademik, karena mengikuti beberapa persyaratan yang diwajibkan dari sebuah penyusunan konsep model sampai penerapan dan evaluasinya.

 

Kata Kunci: Keaksaraan Fugsional, Budaya Lokal, Belajar


Full Text:

PDF

References


bdulhak, Ishak, (2000). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, UPI, Press

Boediono & Yulaelawati.E. (1999). Designing Curriculum Based on Basic Competency: A Rational. Education Journal, October, V1005, No. 019. Jakarta: Balitbang.

Burghardt, S. (1982). Organizing for Community Action, Beverley Hills: Sage.

Campbell, P. and Burnaby, B. (eds.) (2001). Participatory Practices in Adult Education, London: Erlbaum.

Castells, M. (1996). The Rise of the Networked Society, Oxford: Blackwell.

Cohen, A. P. (1982). Belonging: identity and social organization in British rural cultures,

) Attacking Rural Poverty, Baltimore: The John Hopkins University Press. How non-formal education can help, Baltimore: John Hopkins University Press.

Field, J. and Leicester, M. (2000). Lifelong Education, London: Routledge.

Follett, M. P. (1918). The New State. Group organization the solution of popular government (3rd impression [1920] with introduction by Lord Haldane), London: Longmans Green.

Jeffs, T. and Smith, M. K. (1996, 1999). Informal Education: conversation, democracy and learning, Ticknall:

Jones, D. (1977).'Community Work in the UK' in H. Specht and A. Vickery (eds.) Integrating Social Work Methods, London: George Allen and Unwin.

Kamil, Mustofa, (2001), Magang Sebagai Sebuah Model Pembelajaran PLS, Hand Out (Research University). PLS Jurnal, Bandung UPI

Kindervatter, S., (1979). Pemberdayaan Masyarakat (Empowering Process).

Mocker, D. W. and Spear, G. E. (1982). Lifelong Learning: formal, nonformal, informal and self-directed, Columbus, Ohio: ERIC.

Nagasawa, S. (2001). Shakai kyoiku gainen no henshitsu to aratana kokka tosei: Shakai Kyoikuho ichibu kaiseian nado no hoteki shomondai (The transformation in the concept of social education and a new form of the state control: the legal problems of the partial revision of the Social Education Law). Monthly Social Education, 45(5),64-67.

National Forum Coordination Education For All, (2005). National action plan education for all, Ministry of National Education, Jakarta.

Ogawa, T. (1991). Gendai Shogai Kyoiku Dokuhon (The modern lifelong learning reader). Tokyo: Eidell Institute.

World Bank, (2006). Commniity based education non formal education for youth employability (EYE) in Indonesia, 2004-2006. PKBM capacity building, voucher programme and packet B life skills, Department of National Education.

Yeaxlee, B. (1929). Lifelong Education. A sketch of the range and significance of the adult education movement, London: Cassell and Company.

Yulaelawati, E. (2002). Strategic Learning for Teaching Math and Science Based on Compentency-Based Curriculum. (unpublished paper presented in Teacher College Jakarta).

Yulaelawati, E. (2002). Competency-Based Curriculum in the Era of regional Autonomy. Jakarta. (unpublished paper presented in Indonesian Educator Association in Jakarta).

Yulaelawati, E. (2006). Reformasi Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas Jakarta. (Paper)

CLC, Kominkan in Japan Introduction, (2006). www.infuled.org/INDEX/CLC in Japan-Kominkan.pdf

Kominkan, (2006). Lifelong Learning in Japan, wgordon.web.wesleyan.edu/ papers/lifelrn4.htm

Kominkan, (2006). Kasuga Kominkan Program: Book Report/Book Fair, www.kasei.ac.jp/cs/mariko/ITC/ITC. Tsukuba 2004.

Web Kominkan (2006). The Kominkan, www.kominkan.or.jp/ publishing/ publish00_00.html


Refbacks

  • There are currently no refbacks.