Pemanfaatan Biokoagulan dari Jangkrik Tropis (Gryllodes Sigillatus) dan Jamur Limbah Tandan Sawit Menggunakan Metode Jartest Pada Limbah Keramik

Anggy Natalia Sutanyo, Evryl Aqmarina Sabila

Sari


Biokoagulan didapatkan dari berbagai jenis hewani dan nabati. Di Indonesia sendiri merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki kelembapan tinggi sehingga berbagai hewan dan mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik. Salah satu mikroorganisme yang tumbuh adalah jamur, sedangkan hewan adalah jangkrik. Tidak semua jenis jamur dapat dikonsumsi karena mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan seperti jamur yang hidup pada limbah tandan kelapa sawit. Sedangkan, pada pertanian cabai dan tembakau, jangkrik dianggap sebagai hama perusak tanaman. Oleh karena itu, jamur dan jangkrik dimanfaatkan menjadi biokoagulan karena jamur mengandung kitin yang cukup tinggi sebesar 22-44% sedangkan jangkrik mengandung protein sebesar 65%. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hasil penurunan kekeruhan, TSS, dan COD, mengetahui karakteristik biokoagulan, dan mencari kondisi operasi optimum (dosis dan pH). Penelitian ini menggunakan metode jartest yang melibatkan air limbah artifisial yang dikondisikan sebagai air limbah keramik. Variasi dosis yang dipakai sebesar 10-150 mg/L (jamur) dan 25-200 mg/L (jangkrik) serta pH 4-12 dengan masingmasing 16 percobaan. Hasil efisiensi penurunan kekeruhan, TSS, dan COD terbaik pada biokoagulan jangkrik sebesar 88,373%; 47,338%; dan 55,286%, sedangkan pada biokoagulan jamur limbah tandan kelapa sawit sebesar 83,377%, 37,338%, dan 55,286%. Karakteristik biokoagulan jangkrik yang diperoleh dari hasil FTIR menunjukkan adanya gugus karboksil dan amina, sedangkan biokoagulan jamur limbah tandan kelapa sawit menunjukkan adanya gugus karboksil, hidroksil, dan amina yang merupakan komponen aktif dari koagulan. Dosis optimum biokogulan jangkrik sebesar 85,85 mg/L dengan pH 6,999, sedangkan dosis optimum biokoagulan jamur limbah tandan kelapa sawit sebesar 10 mg/L dengan pH 8,584.


Kata Kunci


air limbah keramik; biokoagulan; jamur; jangkrik; koagulasi-flokulasi

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Aguilera Flores, M. M., Medellín Castillo, N. A., Ávila Vázquez, V., González García, R., Cardona Benavides, A., & Carranza Álvarez, C. (2022). Evaluation of a biocoagulant from devilfish invasive species for the removal of contaminants in ceramic industry wastewater. Scientific Reports, 12(1). https://doi.org/10.1038/s41598-022-14242-6

Babaki, M., Yousefi, M., Habibi, Z., & Mohammadi, M. (2017). Process optimization for biodiesel production from waste cooking oil using multi-enzyme systems through response surface methodology. Renewable Energy, 105, 465–472. https://doi.org/10.1016/j.renene.2016.12.086

J. (2017). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KITIN DAN KITOSAN DARI KULIT UDANG WINDU (Penaeus monodon) DENGAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH. kemenperin, 01, 31–41.

Prihatinningtyas, E. (2013). APLIKASI KOAGULAN ALAMI DARI TEPUNG JAGUNG DALAM PENGOLAHAN AIR BERSIH Agus Jatnika Effendi. TEKNOSAINS, 2(2), 71–158.

Prihatinningtyas, E., & Jatnika, D. A. (2018). Karakterisasi Ekstrak Tapioka dan Tapioka Ionik sebagai Biokoagulan dalam Proses Pengolahan Air Characterization of Tapioca Extract and Tapioca Ionic as Natural Coagulants for Water Treatment. Dalam Jurnal Teknologi Lingkungan (Vol. 19, Nomor 2).

Rahmawati, A., Kuswandi, B., & Retnaningtyas, Y. (2015). Deteksi Gelatin Babi pada Sampel Permen Lunak Jelly Menggunakan Metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Kemometrik. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(2), 278–283.




DOI: https://doi.org/10.17509/ci.v4i1.60532

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##