Model Collaborative Governance Pengelolaan Persampahan Di Kabupaten Bogor

Abstract

Abstrak

Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, permasalahan persampahan yaitu bertambahnya timbulan sampah menjadi isu kompleksitas perkotaan di Kabupaten Bogor. Pengelolaan persampahan tidak bisa hanya diselesaikan oleh satu pihak saja, tetapi perlu diselesaikan secara holistik dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media, yang dikenal sebagai penta helix dalam mengurangi jumlah timbulan sampah di mulai dari skala sumber, skala kawasan, dan skala perkotaan. Tujuan lainnya yaitu menganalisis Model Collaborative Governanve yang ideal diterapkan dalam mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Proses pengumpulan data melibatkan berbagai teknik, termasuk wawancara, observasi langsung, studi lapangan, dan telaah dokumen. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probabilitas, terutama purposive sampling, yang digunakan untuk memilih narasumber. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Collaborative Governance sudah berjalan cukup baik namun belum optimal, hal ini terlihat pada analisis aspek kolaboratif dengan menggunakan teori Ansell dan Gash (2008). Setelah mengkaji secara deskriptif kualitatif dan melakukan observasi langsung di lapangan disimpulkan bahwa kolaborasi dan pembagian kerja antar peran pemangku kepentingan sudah terlaksana namun belum optimal. Permasalahan yang dihadapi dalam proses pengelolaan sampah masih cukup kompleks sehingga peneliti merekomendasikan penerapan model tata kelola kolaboratif pengelolaan sampah terpadu yang ideal di Kabupaten Bogor berdasarkan sumber daya yang ada. Peneliti menyarankan agar model tata kelola kolaboratif pengelolaan sampah terpadu di Kabupaten Bogor dibagi menjadi tiga tahapan pengelolaan: 1) pengelolaan kolaboratif skala rumah tangga (sumber), 2) pengelolaan sampah kolaboratif skala kawasan (kecamatan), dan 3) pengelolaan sampah kolaboratif skala perkotaan.