ANALISIS PENGGUNAAN TINDAK TUTUR PENOLAKAN BAHASA JEPANG TERHADAP AJAKAN SEBAGAI SEBUAH TATEMAE (Dalam Variety Show Kisumai Busaiku, Joshi Ana Supesharu dan Ningen Kansatsu Baraeti Monitaringu)

Raden Regine Melansyah, Sugihartono Sugihartono, Sudjianto Sudjianto

Abstract


Salah satu budaya yang menjadi perwakilan dalam menggambarkan tingkah laku masyarakat Jepang salah satunya yaitu budaya honne dan tatemae. Penutur asli bahasa Jepang merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi keharmonisan hubungan antar sesamanya, sehingga terlihat adanya kecenderungan penggunaan tatemae. Dimana tatemae merupakan ungkapan yang disesuaikan oleh pembicaranya dengan keadaan masyarakat yang dihadapinya, sedangkan honne merupakan hal yang benar-benar pembicara pikirkan dalam hatinya. Penggunaan tatemae  dalam situasi penolakan suatu ajakan yang memiliki kemungkinan tinggi dalam merusak hubungan antar manusia menjadi suatu hal penting. Hal ini dikarenakan dengan penggunaan tatemae kemungkinan rusaknya suatu hubungan antara penolak dan pengajak dapat terhindarkan. Oleh karena itu, penelitian ini meneliti tentang penggunaan ungkapan penolakan sebagai tatemae dalam situasi sebuah ajakan. Hasilnya, penutur asli bahasa Jepang mengungkapkan jenis penolakan tidak langsung dan tambahan penolakan sebagai tatemae setelah mengungkapkan penolakan langsung.

 

 

One culture that became representative in describing the behavior of Japanese society, one of which is the honne culture and tatemae. Native speakers of Japanese language are people who uphold the harmony of relationships among others, so that there is a tendency to use tatemae. Where tatemae is a phrase adapted by the speaker to the circumstances of the society he faces, while the honne is the thing that the speaker really thinks in his heart. The use of tatemae in situations of rejection of an invitation that has a high likelihood of damaging human relationships is important. This is because with the use of tatemae the possibility of damage to a relationship between repellent and the inviter can be avoided. Therefore, this study examines the use of the expression of rejection as a tatemae in the situation of an invitation. As a result, native speakers of Japanese revealed the type of indirect rejection and additional rejection as tatemae after expressing a direct rejection.

Keywords


Tindak tutur; Penolakan Bahasa Jepang; Tatemae

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Published by:

Department of Japanese Language Education

Faculty of Language and Literature Education

Universitas Pendidikan Indonesia

 

     e-ISSN: 2598-1250                                p-ISSN: 2598-1234