TRADISI NYALIN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA (Kajian Struktur dan Etnopedagogik)

Yogi Yogaswara Yanuariska, Yayat Sudaryat, Retty Isnendes

Abstract


Latar belakang penelitian ini adalah tradisi nyalin sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya dan belum terungkapnya niali-nilai kebaikan dalam tradisi nyalin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) struktur (teks dan ko-teks) dan fungsi (konteks) tradisi nyalin dalam kehidupan masyarakat Sunda, (2) ciri kelisanan yang tampak dalam tradisi nyalin dalam kehidupan masyarakat Sunda, (3) nilai etnopedagogik dalam tradisi nyalin dalam kehidupan masyarakat Sunda. Metode penelitian yang digunakan adalah paradigma kualitatif dalam kajian tradisi lisan. Hasil penelitiannya, yaitu (1) struktur tradisi nyalin yang mencakup tahapan tradisi nyalin, tatahar ngawengku gempungan, kukumpul, majang, jeung riungan, ngukusan, sanduk-sanduk, mitembeyan mipit paré, dan ngaarwahan. Unsur-unsur tradisi nyalin mencakup nama kegiatan, pelaku kegiatan, barang-barang dalam kegiatan, makanan dalam kegiatan, gerakan, tempat berlangsungnya kegiatan, dan waktu berlangsungnya. Teks dalam tradisi nyalin adalah kapamalian, dongeng, mantra, diksi dan ungkapan. Fungsi tradisi nyalin sebagai (1) wujud rasa sukur pada Tuhan atas hasil panen yang didapat, (2) ciri kelisanan dalam tradisi nyalin, yaitu pemikiran lisan, ekspresi lisan, dan naratif lisan, 3) nilai etnopedagogik dalam tradisi nyalin, yaitu (1) pandangan hidup manusia dengan dirinya, (2) pandangan hidup manusia dalam lingkungan masyarakat, (3) pandangan hidup manusia dengan alam, (4) pandangan hidup manusa dengan Tuhan, (5) manusia dalam mengejar kemajuan lahir dan kebahagiaan batin. Kesimpulan dari penelitian ini, setelah diteliti secara struktur dan etnopedagogik memiliki nilai-niali luhur yang sudah ada di masyarakat sekaligus bisa dimanfaatkan sebagai teladan dalam bidang pendidikan formal dan kehidupan masyarakat umum.

Abstract

The background of this research is Nyalin tradition that has begun to be abandoned by the society and the values in Nyalin traditions that have not been revealed yet. The purpose of this study is to describe (1) the structure (text and co-text) and the function (context) of the nyalin tradition in the Sundanese life, (2) the visible oral features of the tradition in the Sundanese life, (3) the ethnopedagogic value in Nyalin tradition in the Sundanese society’s life. The research method used is a qualitative paradigm in the study of oral tradition. The results of his research are the structure of nyalin tradition includes its stages i.e. tatahar ngawengku gempungan, kukumpul, majang, riungan, ngukusan, sanduk-sanduk, mitembeyan mipit paré, and ngaarwahan. Elements of Nyalin tradition include the name of the activity, the performer, the goods, the food, the movement, the place, and the time it takes place. The texts in Nyalin tradition are kapamalian, dongeng, mantra, diction and idiom. The functions of Nyalin tradition are (1) a form of gratefulness to God over the results of harvesting, (2) the verbal characteristic of Nyalin tradition i.e.oral thought, oral expression, and oral narrative, 3) ethnopedagogic values in Nyalin tradition i.e.(1) the perspective of human life with themselves (2) the perspective of human life in the society, (3) the perspective of  human life with nature, (4) the perspective of human life with God, (5) the effort of human to reach physical and spiritual satisfaction. The conclusion of this study, after being structurally studied by using ethno pedagogic approach, Nyalin tradition has noble values that already exist in the community that can be used as an example in the field of formal education and public life.


Keywords


tradisi nyalin; struktur; etnopedagogik

Full Text:

PDF

References


Damaianti & Samsudin. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Danadibrata. (2015). Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Humaeni, A. (2012). Makna Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat Banten. Indonesian Journal of Social and Cultural Anthropology, 33 (3), hlm. 1-15.

Isnendes, R. (2013). Struktur dan Fungsi Upacara Ngalaksa di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dalam Perspektif Pendidikan Karakter (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Isnendes, R. (2016, 5 Désémber). Tutuwuhan, Manusa, jeung Mitos, rubrik KALAM Pikiran Rakyat, hlm. 24.

Iswidayati, S. (2007). Fungsi Mitos dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pendukungnya. Jurnal Harmonia Pengetahuan dan Pemikiran Seni, 8 (2), hlm. 180-184.

Kamal, F. (2011). Peranan Adat Jawa dalam Kebudayaan Indonesia. Jurnal Khasanah Ilmu, 5 (2), hlm. 35-46.

Kartadinata, S. (2011, 8 Juni 2011). Ngawangun Atikan Sunda ku Unsur Budaya. Majalah Cahara Bumi Siliwangi ISSN 2085-32x, hlm. 26.

Moleong, M. A. & Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Ong, W. J. (1982). Orality and Literacy: The Technologizing of the word. London: Mathuen.

Sibarani, R. (2010). Kearifan Lokal, Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Soemardjo, J. (2013). Simbol-Simbol Mitos Pantun Sunda. Bandung: Kelir.

Sztompka, P. (2007). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.

Warnaen, spk. (1978). Pandangan Hidup Orang Sunda. Bandung: Sundanologi.




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v8i2.14204

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 LOKABASA



View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.