Bangket Jahe: Kuliner Bernuansa Tradisi dari Kota Sukabumi

Rd. Ika Bhinnekawati, Irman Firmansyah, Gian Fajar Gemilang, Hamdan Kamal Nugraha

Abstract


Pembuatan kue bangket jahe telah diwariskan secara turun-temurun sejak enam puluh lima tahun yang lalu. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejarah dan proses perkembangan kue bangket jahe di Kota Sukabumi dengan menggunakan metode kualitatif serta lima pendekatan yang merujuk pada Creswell. Hasil kajian menunjukkan bahwa perkembangan kue bangket jahe dimulai dari usaha keluarga hingga menjadi makanan khas di Sukabumi. Bahan yang digunakan untuk membuat kue bangket jahe berbeda dari bangket biasa. Dengan rasio 2:1, kue ini diperkenalkan dalam ukuran yang lebih besar dibandingkan bangket asli. Perkembangan kue bangket jahe juga tidak terlepas dari beberapa motif, yaitu motif kepatuhan, motif ekonomi, motif bakat, dan motif aktualisasi diri.

The making of bangket jahe cookies has been passed down through generations for the past sixty-five years. This study aims to identify the history and development process of bangket jahe in Sukabumi City, using a qualitative method and five approaches based on Creswell's framework. The findings indicate that the development of bangket jahe began as a family business and gradually became a distinctive food item in Sukabumi. The ingredients used in making bangket jahe differ from those in regular bangket. With a 2:1 ratio, this cookie is introduced in a larger size compared to the original bangket. The development of bangket jahe is also driven by several motivations, including the motives of obedience, economic factors, talent, and self-actualization.


Keywords


Bangket jahe; kuliner tradisional; makanan daerah

Full Text:

PDF

References


Al-Khusaibi, M. (2019). Arab traditional foods: Preparation, processing and nutrition. Traditional Foods: History, Preparation, Processing and Safety, 9-35.

Beer, S. (2016). Edible identities: food as cultural heritage. Journal of Heritage Tourism, 11(2), 191-192.

Creswell, J. W. (2009). Research design: qualitative, quantitative and mixed methods approaches. SAGE Publications, 53(9).

Firman, T., dkk. (2022). Laporan kajian nilai budaya laka Bogor. Bandung: BPNB Jabar.

Hidayat, S. N. (2021). Pengaruh budaya terhadap pangan,sistem budaya terhadap makanan, masalah budaya. OSFPreprint.

Lee, M. Y. (2011). Food as a symbol. Journal of Symbols & Sandplay Therapy, 2(2), 9-23.

Lempang, M. (2012). Pohon aren dan manfaat produksinya. Info Teknis EBONI, 9(1), 37-54.

Lingawan, A., Nugraha, D., Jessica, E., Aprianto, E., Geovanny, G., Ardhito, M., Japit, P., & Trilaksono, T. (2019). Gula aren: si hitam manis pembawa keuntungan dengan segudang potensi. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Indonesia, 1(1), 1-25.

Loveday, L., & Chiba, S. (1985). Partaking with the divine and symbolizing the societal: The semiotics of Japanese food and drink. Brill.

Lutony, T. L. (1993). Tanaman sumber pemanis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nihayati, L. (2020). Dampak sosial perkembangan bakpia dalam industri pariwisata di Pathuk Yogyakarta. Pringgitan, 1(1), 40-47.

Prasastono, N. (2005). Pemakaian essence pada pembuatan cakes. Dinamika Kepariwisataan, 3(2). 344-353.

Rahman, F. (2018). Sunda dan budaya lalaban: melacak masa lalu budaya makan Sunda. Metahumaniora, 8(3), 289-299.

Shafaraihana. (2012). Membuat kue bangket (kue jahe) resep khas Garut. Erisuko Journey. [Online] Diakses pada 11 Maret 2024.

https://erisukolies.blogspot.com/2012/07/membuat-kue-bangket-kue-jahe-resep-khas.html

Sukma, R. N., Sumartias, S., & Sjafirah, N. A. (2016). pengalaman komunikasi pelaku bisnis keluarga dalam mengembangkan bisnis kuliner di Kota Sukabumi. Jurnal Kajian Komunikasi, 4(1), 28-43.

Supriani, A. (2019). Peranan minuman dari ekstrak jahecang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Jurnal SainHealth, 3(1), 30-39.

Utami, S. (2018). Kuliner sebagai identitas budaya: perspektif komunikasi lintas budaya. CoverAge: Journal of Strategic Communication, 8(2), 36-44.

Wargadalem, F. R. (2021). Pempek sebagai identitas Palembang. Palembang: Bening Media Publishing.

Wilson, T. M. (2006). Introduction: food, drink and identity in europe: consumption and the construction of local, national and cosmopolitan culture. Brill.

Zahara, H., & Fatimah, S. (2022). Rendang telur: kuliner khas masyarakat Payakumbuh sebagai identitas budaya lokal Kota Payakumbuh, Sumatera Barat (1998-2018). Jurnal Kronologi, 4(2), 190-201.




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v16i1.81481

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 LOKABASA

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed underĀ Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.