MAKANAN DAN MINUMAN TRADISIONAL SUNDA SEBAGAI EKSISTENSI BAHASA DAERAH UNTUK MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Opah Ropiah

Abstract


Abstrak Tahun 2016 masyarakat Indonesia dihadapkan pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Era MEA merupakan penyatuan ekonomi masyarakat Asean yang berdampak pada sosial, budaya, politik, dan bahasa. Masuknya budaya luar ke Indonesia menuntut masyarakat agar kreatif dan mempunyai daya saing dengan perekonomian di Asean. Dengan berkembangnya bahasa Inggris akan menggerus bahasa daerah dikarenakan bahasa daerah dianggap tidak berkontribusi banyak di era MEA. Padahal bahasa daerah sangat penting sebagai identitas daerah dan alat pendukung kebudayaan daerah. Agar bahasa daerah tidak punah maka dibutuhkan eksistensi di masyarakat. Salah satu eksistensinya bisa dilihat dari makanan tradisional yang dipasarkan bebas di Asean. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian inipun mendeskripsikan nama-nama makanan tradisional khas daerah tidak akan bisa diganti dengan bahasa Inggris. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan jenis-jenis makanan tradisional daerah Sunda, jenis-jenis minuman tradisional daerah Sunda, dan eksistensi makanan tradisional khas Sunda di berbagai daerah di Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat banyak jenis makanan tradisional dilihat dari bahan pokok pembuatnya yang meliputi: 1) tipung béas (ali agrem, apem, awug, bubur lemu, cara, cuhcur, nagasari, bibika, papais, sorabi, jrrd), 2) sampeu (comro, misro, putri noong, gegetuk, katimus, peuyeum sampeu, jrrd), 3) ketan (peuyeum ketan, gemblong, wajit,dodol, opak, raginang, sasagon, téngténg, ulén, jrrd), dan 4) béas (buras, kupat, leupeut, lontong, jrrd). Jenis minuman tradisisonal khas Sunda terdiri dari bajigur, bandrek, céndol, cingcau, goyobod, lahang, dan sakoteng. Eksistensi makanan tradisional khas Sunda di berbagai daerah di Jawa Barat masih tetap terjaga. Hal ini dilihat dari makanan khas tardisional Jawa Barat yang masih disajikan pada acara pernikahan, khitanan, kematian, upacara tradisi, dan masih dipasarkan di berbagai toko oleh-oleh maupun toko makanan di Jawa Barat. 


ABSTRACT

Starting from 2016, Indonesia enters the era of the ASEAN Economic Community (AEC). The era of AEC represents the union of the ASEAN economic community that give social, cultural, political, and language impacts. The entry of foreign cultures to Indonesia requires people to be creative and competitive with ASEAN economies. English language development could potentially undermine regional languages because regional language is considered not having much contribution for the era of MEA. However, regional languages have an important function as a tool of regional identity, as well as supporting regional culture. Regional languages should exist in regional communities to avoid their extinction. A form of regional languages’ existence can be seen in traditional foods that are marketed in the ASEAN region. This research used descriptive method. This study describes names of typical traditional food of regions that cannot be translated into English. This study aimed to describe the types of traditional food, traditional beverages, and the existence of traditional Sundanese food in various regions in West Java province. The results show that types kinds of traditional food based on the material: (1) tipung beas rice flour (ali agrem, apem, awug, bubur lemu, cara, cuhcur, nagasari, bibika, papais, sorabi, etc.), (2) sampeu cassava (comro, misro, putri noong, gegetuk, katimus, peuyeum sampeu, etc.), (3) ketan glutinous rice (peuyeum ketan, gemblong, wajit, dodol, opak, raginang, sasagon, téngténg, ulén, etc.), and (4) Beas rice (buras, kupat, leupeut, lontong, etc.). The types of Sundanese traditional beverages consist of bajigur, bandrek, cendol, cingcau, goyobod, lahang, and sakoteng. The Sundanese traditional foods in various areas of West Java still exist. This is evident from the traditional foods that are still served at ceremonies of wedding, circumcision, death, traditional, and they are marketed in a variety of souvenir shops and food stores in West Java. 


Keywords


Traditional Sundanese food and beverage, regional language, ASEAN Economic Community (AEC)

References


Danandjaja, James. 2002. Folklore Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sumarlina, Elis Suryani Nani. 2011. Calakan Aksara, Basa, Sastra, Katut Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia.




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v7i2.9169

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 LOKABASA



View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.