Pertunjukan Wayang sebagai Rekonstruksi Nilai Tuntunan dan Tontonan dalam Pembelajaran Sosiologi
Abstract
Artikel ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kearifan lokal berupa kesenian wayang mampu berkontribusi dalam pembelajaran melalui Role Playing model Sosio Drama di kelas. Inisiasi ini dilakukan agar siswa mampu berkontri- busi secara langsung melalu drama pementasan di sekolah. Dengan harapan untuk meingkatkan kesadaran yang terkan- dung dalam wayang memiliki berbagai muatan nilai-nilai ke- hidupan. Penelitian dilakukan secara kualitatif dan model pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka/ kajian literatur. Metode ini memungkinkan peneliti melakukan telaah litera- ture yang sesuai dengan tema penelitian, baik melalui buku maupun dari artikel jurnal dan website internet. Hasil penelitian menunjukan pembelajaran materi sosiologi me- lalui media wayang menggunakan Sosiodrama mampu mem- berikan warna alternatif sebagai pelestarian seni Wayang. Selain wayang digunakan sebagai seni pertunjukan dalam menginternalisasi pesan pengetahuan kepada masyarakat, penggunaan sosiodrama memungkinkan siswa terlibat secara aktif melalui peran yang dimainkan. Sehingga harapanya siswa bisa menggunakan nilai-nilai yang terkan- dung dalam pewayanagn sebagai rujukan alternatif dalam kehidupan.
Full Text:
PDFReferences
Ahmadi, A., & Widodo, S. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ariani, I. (2016). Feminisme Dalam Pergelaran Wayang Kulit Purwa Tokoh Dewi Shinta, Dewi
Kunti, Dewi Srikandi. Jurnal Filsafat, 26(2).
Bascom, W. R. (1965). Four Functions of Folklore, dins Alan Dundes, ed., The Study of Folklore,
Englewood Clifs. Prentice-Hall, ps.
Boonstra, S. (n.d.). The paradox of UNESCO’s Masterpieces.
Brandon, J. R. (2009). Theatre in Southeast Asia. Harvard University Press.
Cohen, M. I. (2016). Global Modernities and Post-Traditional Shadow Puppetry in Contemporary Southeast Asia. Third Text, 30(3–4), 188–206.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Sage publications.
Devi, A. S., & Maisaroh, S. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Buku Pop-Up Wayang Tokoh Pandhawa pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas V SD. Jurnal PGSD Indonesia, 3(2).
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2013). Strategi belajar mengajar: Cetakan ke-5. Jakarta, Indonesia: Penerbit Rineka Cipta.
Endraswara, S. (2013). Folklor Nusantara. Yogyakarta: Ombak.
Escobar Varela, M. (2019). Towards a Digital, Data-Driven Wayang Kulit Encyclopedia: Histories, Experiments and Epistemological Reflections. Indonesia and the Malay World, 47(137), 23–46.
Etherton, M., & Prentki, T. (2006). Drama for change? Prove it! Impact assessment in applied theatre. Research in Drama Education, 11(2), 139–155.
Fitri, A. (2014). Wayang Beber Untuk Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas Xi Ips 3 Di SMA N 1 Seputih Raman Tahun Pelajaran 2013/2014. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Gagne, R. M. (1970). Learning Theory, Educational Media, and Individualized Instruction.
Geertz, C. (1992). Tafsir kebudayaan. Penerbit Kanisius.
Geertz, C. (2007). “To Exist Is to Have Confidence in One’s Way of Being”: Rituals as Model Systems. na.
Gerlach, V. S., Ely, D. P., & Melnick, R. (1971). Teaching and media: A systematic approach. Prentice-Hall Englewood Cliffs, NJ.
Gobyah, I. K. (2003). Berpijak pada Kearifan Lokal. Bali Pos, 4.
Hasan, S. H. (2002). Kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan SK Mendiknas 232/U/2000
p- ISSN 2528-1410 e- ISSN 2527-8045 |
Amrin Ma’ruf, Pertunjukan Wayang sebagai Rekonstruksi Nilai... 763
dan alternatif pemecahannya. Makalah Disampaikan Dalam Seminar Nasional KBK Di UNY, Tanggal, 11.
Heinich, R. (1996). Instructional media and technologies for learning. Simon & Schuster Books For Young Readers.
Held, G. J. (2014). Mahabharata an Ethnological Study. Vidya Prasarak Mandal, Thane.
Heriwati, S. H., Prilosadoso, B. H., Pujiono, B., & Panindias, A. N. (2019). 3D Puppets Animation for Encouraging Character Education and Culture Preservation in Surakarta. 1, 1551– 1555. https://doi.org/10.35940/ijeat.A1341.109119
Honigmann, J. J. (1959). The World of Man. Harper and Row.
Hyman, R. T. (1974). Ways of teaching. Lippincott,.
Ismah, N. (2017). Menjadi Dalang Perempuan Dalam Wayang Kulit Jawa : Inisiatif Pribadi Dan Lingkungan Sebagai Tempat Pembelajaran. Dialekta Masyarakat: Jurnal Sosiologi, 1(1).
Jesson, J., Matheson, L., & Lacey, F. M. (2011). Doing Your Literature Review: Traditional and Systematic Techniques. Sage.
Kellermann, P. F. (2007). Sociodrama and collective trauma. Jessica Kingsley Publishers.
Kia, K. K., & Chan, Y. M. (2009). A Study on The Visual Styles of Wayang Kulit Kelantan and its Capturing Methods. 2009 Sixth International Conference on Computer Graphics, Imaging and Visualization, 423–428.
Kirana, V. (2016). Pembelajaran Kesenian Wayang Kreasi Untuk Mengetahui Minat Anak Terhadap Wayang. Universitas Negeri Semarang.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Penerbit Rineka Cipta.
Kruger, M. (2007). Puppets in Education and Development in Africa: the puppet’s dual nature
and sign systems in action. South African Theatre Journal, 21(1), 64–74.
Mayer, L. T., & Moll, J. van. (1909). De sêḍêkahs en slamêtans in de desa en de daarbij gewoonlijk door den Javaan gegeven andere Festiviteiten [The sedekah and slametan in the desa and other accompanying festivities that are commonly held by Javanese]. Semarang: GCT van Dorp & Co.
Mulyono, S. (1978). Wayang, Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Gunung Agung. Nurgiyantoro, B. (2011). Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan
Karakter, 1(1).
Nurwicaksono, B. D. (2013). Eksplorasi Nilai Budaya dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi (RB) dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 dan Program Agrowisata. Universitas Pendidikan Indonesia.
p- ISSN 2528-1410 e- ISSN 2527-8045 |
Amrin Ma’ruf, Pertunjukan Wayang sebagai Rekonstruksi Nilai... 764
Oktavianti, R., & Wiyanto, A. (2014). Pengembangan Media Gayanghetum (Gambar Wayang Hewan dan Tumbuhan) dalam Pembelajaran Tematik Terintegrasi Kelas IV SD. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 65–70.
Rahmani, N. F. (2014). Pengembangan Media Interaktif Power Point Pembelajaran Wayang untuk Siswa SMP Kelas VIII DI Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Ras, J. J. (1982). The Social Function and Cultural Significance of The Javanese Wayang Purwa Theatre. Indonesia Circle, 10(29), 19–32.
Reffiane, F., & Mazidati, I. (2016). Implementasi Pengembangan Media Wayang Kerton Pada Tema Kegiatan Sehari-Hari. Mimbar Sekolah Dasar, 3(2), 163–170.
Setyowati, H. (2013). Representasi Feminisme Srikandi Dalam Pertunjukan Wayang Orang Lakon Bisma Gugur. Catharsis : Journal of Arts Education, 2(1).
Shaftel, F. R., & Shaftel, G. A. (1982). Role playing in the curriculum. Prentice Hall.
Sukmaya, Y. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran Dengan Metode Dongeng Menggunakan Media Wayang Golek Untuk Mengembangkan Karakter Persahabatan Anak Usia Dini. Universitas Pendidikan Indonesia.
Widia, I. (2007). Penerapan Teknik Pagelaran Wayang Beber dalam Pengajaran Sastra untuk Meningkatkan Kemampuan Mengarang Siswa Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia.
Zaenatun, S. (2011). Penggunaan Alat Peraga Wayang dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah.
DOI: https://doi.org/10.17509/sosietas.v10i1.26000
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 SOSIETAS
This Journal is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License