Ritual Babarasih Banua sebagai Upacara Tolak Bala bagi Masyarakat Kumai

Cucu Widaty

Abstract


Penelitian ini berfokus pada mengkaji bagaimana ritual babarasih banua sebagai upacara tolak bala yang dilakukan masyarakat Kumai, oleh karena itu metode penelitian yang tepat digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian diperoleh berupa prosesi persiapan pelaksanaan ritual Babarasih Banua dan proses puncak pelaksanaan ritual babarasih Banua. Adapun pembahasan yaitu ritual Babarasih Banua tercipta ketika masyarakat ingin memberikan penghormatan kepada para roh leluhur yang mereka percayai. Roh leluhur tersebut dianggap dapat memberikan penjagaan terhadap masyarakat Kumai dari berbagai bencana dan musibah. Ritual yang tumbuh didalam masyarakat beragama biasanya muncul akibat ketidakmampuan dalam menghadapi persoalan yang diluar batas kemampuan berpikir manusia.


Full Text:

PDF

References


Adilia, W. F., dan Said, I. M. (2019). Ritual Posuo Pingitan pada masyarakat Suku Buton. Ilmu Budaya, 7(2), 273–281.

Ashsubli, M. (2018). Ritual budaya Mandi Safar di Desa Tanjung Punak Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 3(1). 84-101.

Bauto, L. M. (2014). Perspektif agama dan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia (suatu tinjauan sosiologi agama). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2), 11-25.

Haedar, M. A. (2016). Pergeseran pemaknaan Ritual Merti Dusun studi atas ritual warga Dusun Celengan, Tuntang, Semarang. Al-A’raf : Jurnal Pemikiran Islam Dan Filsafat, 13(1), 1-24.

Herrmans, I. (2021). Ritual sociality and the limits of shamanic efficacy among the luangans of Indonesian Borneo. Anthropological Forum, 31(1), 49–63.

K.S. Maifianti, S. S. dan D. S. (2014). Komunikasi Ritual Kanuri Blang sebagai bentuk kebersamaan masyarakat tani Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 12(2), 1-6.

Maslikatin, T., Anoegrajekti, N., dan Macaryus, S. (2015). Ritual Using dan Jawa: Mitos hibriditas budaya sebagai integrasi dan harmoni sosial. LITERASI: Indonesian Journal of Humanities, 5(2), 187-195.

Pambudi, F. B. S., Iswidayati, S., dan Supriyanto, T. (2015). Perkembangan bentuk topeng Barongan dalam ritual Murwakala di Kabupaten Blora. Catharsis, 4(2), 83-91.

Ridwan, M., Toisuta, H., Yanlua, M., Sulaeman, S., dan Salam, N. (2020). The Abda’u Ritual: Ethnographic communication study of Tulehu society in the Moluccas, Indonesia. International Journal of Criminology and Sociology, 9(1), 709–722.

Untara, I. M. G. S., dan Gunawijaya, I. W. T. (2020). Estetika dan religi penggunaan rerajahan pada masyarakat Bali. Jnanasiddhanta: Jurnal Teologi Hindu, 2(1), 41-50.

Yashi, A. P. (2018). Ritual Seblang masyarakat Using di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Haluan Sastra Budaya, 2(1), 1-18.

Pawi, A. A. A. (2017). Ritual tolak bala pada masyarakat Melayu (kajian pada masyarakat Petalangan Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan). Jurnal ushuluddin, 25(1), 83-100.

Syariffudin, M. M. (2013). Islam dan Tradisi Baritan. IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Budaya, 11(1), 88-99.

Fatmawati, F. (2021). Makna simbolik dalam ritual Rokat Bâlioné di Desa Pragaan Daya. Jurnal Pendidikan Seni, Bahasa dan Budaya, 4(1), 30-36.




DOI: https://doi.org/10.17509/sosietas.v11i2.41608

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 SOSIETAS

Creative Commons License

This Journal is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License