"Preanger Planters": Kiprah Raja Teh di Priangan 1862 - 1942
Abstract
Private entrepreneurs could cultivate the leased land after the 1870 Agrarian Law was enacted in Priangan. One of the Priangan plantation entrepreneurs is a descendant of Willem van der Hucht, namely Holle, Kerkhoven, and Bosscha. In the early 20th century, Holle, Kerkhoven, and Bosscha developed tea plantations in the Priangan region, and they became the new rich people of the plantations. The emergence of new rich people as investors supported the development of colonial modernity in the area around plantations. This paper seeks to see the socio-economic situation around plantations in Priangan and the role of Holle, Kerkhoven, and Bosscha in Priangan by using historical methods, namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. This study seeks to show the work of Willem van der Hucht’s planter family in Priangan. Kerkhoven, Holle, and Bosscha show their work in education, social technological advancement, health, and the development of plantation economic cultivation in Priangan. The position of planters as owners of capital and plantations was strategic enough to drive government policies in the early 20th century. Thus, their work in advancing colonial modernity in Priangan is important in building a city’s physical infrastructure and advancing sustainable colonial life.
Abstrak
Pasca Undang-Undang Agraria 1870 diberlakukan di Priangan, pengusaha swasta memiliki keleluasaan dalam mengolah lahan yang disewa. Salah satu keluarga pengusaha perkebunan Priangan merupakan keturunan dari Willem van der Hucht, yakni Holle, Kerkhoven, dan Bosscha. Pada awal abad ke-20, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha mengembangkan perkebunan teh di wilayah Priangan, sekaligus menjadi orang kaya baru dari perkebunan. Kemunculan orang kaya baru sebagai investor memberikan dukungan terhadap perkembangan modernitas kolonial di terutama wilayah sekitar perkebunan. Tulisan ini berupaya untuk melihat situasi sosial ekonomi di sekitar perkebunan di Priangan serta bagaimana peran Holle, Kerkhoven, dan Bosscha di Priangan. Dengan menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini berupaya menunjukkan adanya kiprah keluarga planters Willem van der Hucht di Priangan. Kerkhoven, Holle, dan Bosscha menunjukkan kiprah mereka terhadap bidang-bidang pendidikan, sosial, kemajuan teknologi, kesehatan, serta pengembangan budidaya ekonomi perkebunan di Priangan. Posisi planters sebagai pemilik modal dan perkebunan cukup strategis untuk mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah di awal abad ke-20. Dengan demikian, kiprah mereka dalam memajukan modernitas kolonial di Priangan memiliki kepentingan tidak hanya membangun fisik sebuah kota, namun juga memajukan kehidupan kolonial yang berkesinambungan
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bataviaasch Nieuwsblad. (1897, Mei 14). Een monument voor Karel Holle.
Bataviaasch Nieuwsblad. (1934, April 24). Bosscha Dag.
Berge, T. van den. (1989). Karel Frederik Holle: Thee planter in Indie 1829–1890. Bert Bekker.
Bernard, Ch. (1978). Sejarah perusahaan-perusahaan teh di Indonesia 1824–1924. Balai Penelitian Teh dan Kina.
Breman, J. (2014). Keuntungan kolonial dari kerja paksa: Sistem Priangan dari tanam paksa kopi di Jawa, 1720–1870. Yayasan Obor Indonesia.
Breman, J. (2010). Koloniaal profijt van onvrije arbeid: Het Preanger stelsel van gedwongen koffieteelt op Java (p. 456). Amsterdam University Press.
De Indische Courant. (1933, Agustus 6). Doofstommen Instituut.
Departement van Landbouw in Nederlandsch Indie. (1910). [Laporan tahunan].
De Preanger Bode. (1897, Juli 29). Preanger Telefoon Maatschappij.
De Preanger Bode. (1917, November 27). Bandoengsche Ziekenhuis.
Fahmi, D. I. Kiprah karel fraderik holle dalam pusaran budaya sunda abad ke-19 (Bachelor’s thesis, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Fakih, F. (2023). Colonial domesticity and the modern city: Bandung in the early twentieth-century Netherlands Indies. Journal of Urban History, 49(3), 645–667. https://doi.org/10.1177/00961442211015910.
Fajria, N. Distribusi Komoditas melalui Sarana Angkutan Kereta Api Buitenzorg-Priangan (1881-1891) (Bachelor’s thesis, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah).
Fasseur, C. (1991). Purse or principle: Dutch colonial policy in the 1860s and the decline of the culti-vation system. Modern Asian Studies, 25(1), 33–52.
Fauzi, W. I., Santosa, A. B., & Yulianti, I. (2022, November). The demographic dynamics of bandung city in the early 20th century in haryoto kunto’s view. In IOP Conference Series: Earth and En-vironmental Science (Vol. 1089, No. 1, p. 012046). IOP Publishing.
Furnivall, J. S. (2010). Netherlands India: A study of plural economy. Cambridge University Press.
Gustaman, B. (2019). Sisi lain kehidupan Preangerplanters: Dari perburuan hingga gagasan kon-servasi satwa liar. Jurnal Patanjala, 11(2), 235–248.
Hardjasaputra, A. S. (2003). Perubahan sosial di kota Bandung 1810–1906. Jurnal Sosiohumaniora, 5(1), 17–31.
Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie. (1897, Juni 21). Nederland Oost Indie.
Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie. (1925, Oktober 24). Radium.
Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie. (1928, September 27). Belangrijke Schenking.
Holle, K. F. (1867). Bijdragen tot de geschiedenis der Preanger Regentschappen. Batavia Genootschap, Kunsten en Wetenschappen.
Indische Courant. (1941, Juni 12).
Lestari, E. I. P., Mudaryanti, T. W., & Muas, R. T. N. M. E. (2024). Representation of mooi indie in nature-based tourism: development of tourism in bandung from 1925 to 1941. in collective memory, mar-ginality, and spatial politics in urban indonesia. (pp. 161-176). Singapore: Springer Nature Singapore.
Jaarverslag Nederlandsch-Indie Sterrenkundige Vereeniging over 1920–1921.
Janssen, C. W. (1888). Karel F. Holle: Wat een Nederlander doen kan in Indie. J. De Bussy.
Julaeha, S. (2010). Perkebunan teh di Hindia-Belanda: Studi kasus perkebunan teh Malabar di Pan-galengan–Bandung 1930–1934 [Skripsi, Universitas Indonesia].
Locomotive. (1919, Maret 29). Een Jaarbeurs-Prijsvraag.
Kunto, H. (1984). Wajah Bandoeng tempo doeloe. PT Granesia.
Kunto, H. (1986). Semerbak bunga di Bandung Raya. PT Granesia.
Lubis, N. H. (1998). Kehidupan kaum ménak priangan 1800–1942. Pusat Informasi Kebudayaan Sunda.
Mooi Bandoeng. (1934, Juni 12). Doofstommen Instituut.
Moriyama, M. (2005). Semangat baru: Kolonialisme, budaya cetak, dan kesastraan Sunda abad ke-19. Gramedia.
Muhsin Z., M. (2017). Produksi kopi di Priangan pada abad ke-19. Paramita: Historical Studies Jour-nal, 27(2), 182–194. https://doi.org/10.15294/paramita.v27i2.11160
Noorduyn, J. (1988). Holle, van der tuuk, and old sundanese epigraphy: the cikajang and kawali inscriptions. Bulletin de l’École Française d’Extrême-Orient, 77, 303–314. http://www.jstor.org/stable/43731356.
Nugraha, A. (2022). From sukabumi to amsterdam 1883: sundanese society through parakansalak tea plantation exposition. THE SPIRIT OF SOCIETY JOURNAL: International Journal of Society Development and Engagement, 6(1), 82-93. https://doi.org/10.29138/scj.v6i1.1726
Rachman, T. (2011). Kebijakan pemerintah Hindia-Belanda terhadap tuna netra di Jawa 1901–1942 [Skripsi, Universitas Padjadjaran].
Rachmayanti, S., Roesli, C., & Savitri, M. A. (2017). Konservasi bangunan bergaya art deco di kota ban-dung (Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann). Jurnal Dimensi Seni Rupa dan De-sain, 14(1), 83-100. https://doi.org/10.25105/dim.v14i1.2329
Ratnawati, T. (1990). Perusahaan teh swasta di wilayah Priangan: Pengaruhnya terhadap mobili-tas sosial ekonomi masyarakat (1862–1940) [Skripsi, Universitas Padjadjaran].
Rotterdamsche Nieuwsblad. (1928, Desember 28). K.A.R Bosscha: Eereburger van Indié.
Sakri, A. (Ed.). (1975). Dari TH ke ITB. Penerbit ITB.
Sholeha, A. (2024). Peran Karel Albert Rudolf Bosscha dalam pengelolaan perkebunan teh malabar pangalengan tahun 1896-1928 (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Staatsblad voor Nederlandsch Indie No. 218. (1921).
Suganda, H. (2014). Kisah para preanger planters. Kompas.
Ukers, W. H. (1935). All about tea. Kingsport Press, Inc.
van der Meer, A. H. (2017). Performing colonial modernity: Fairs, consumerism, and the emergence of the Indonesian middle classes. Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde /Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia, 173(4), 503–538. https://doi.org/10.1163/22134379-17304015
Vereeniging “Nederlandsch-Indie” Jaarbeurs. (1920). 1e Nederland Indische Jaarbeurs te Bandoeng van 17 Mei tot en Met 17 Juni 1920. Boek, Kunst, en Handelsdrukkerij J.D. De Boer.
Verslag van de Plegtige Opening Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers te Bandong. (1867, Mei 25). Ter Lands Drukkerij.
Vlekke, B. H. M. (2008). Nusantara: Sejarah indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia.
Wulan, R. R. (2016, March). Colonial mechanism on plantation organization: case study of women worker marginalization in west java plantation. In 3rd International Seminar and Conference on Learning Organization (pp. 230-234). Atlantis Press. 10.2991/isclo-15.2016.42.
Zuhriyyah, M. (2020). Aktivitas organisasi pekerja industri gula “suikerbond” di jawa tahun 1907-1942 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v8i1.81068
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2025 Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah
INDEXED
TOOLS
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Alamat Redaksi: Gedung Numan Soemantri, FPIPS UPI, Departemen Pendidikan Sejarah, Lantai 2, Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung, 40154